Pages

Translate

Rabu, 17 Agustus 2016

Mendaur ulang emosi negatif

Mendaur Ulang Emosi Negatif
Julianto Simanjuntak

Semua kita pernah kecewa dan terluka. Terutama akibat perbuatan orang yang kita sayangi. Luka itu bisa berupa pengabaian, ketidakadilan, kekerasan dan pelecehan. Ada yang mengalami penghianatan, dibohongin, difitnah atau diremehkan. Semua ini sangat menyakitkan bagi siapapun.

Ada lima proses atau tahapan menghadapi masalah kita. Terutama menyangkut kekecewaan, kehilangan dan luka penghianatan

Ingat, makin dalam luka makin besar daya pengampunan dibutuhkan.

1. MENYADARI.

Kita perlu menyadari emosi akibat luka yang kita alami. Bisa itu marah, kecewa, takut atau sedih, Sebagian luka kita terjadi pada masa lalu, belasan hingga puluhan tahun silam. Kita mungkin sudah lupa. Kalaupun ingat, kita berusaha menekan dan mengabaikan perasaan kita.

Sekarang, coba ingat dan rasakan sakitnya luka itu. Ketika kita mampu merasakan sengat luka yang paling sakit, itulah awal kita pulih secara perlahan. Tapi bila kita abaikan, simpan, tekan atau berpura-pura tidak ada kejadian, itu hanya menambah parah luka, dan membuatnya tetap basah bernanah. Tapi dengan menyadari dan mampu memberi nama emosi dengan tepat, itu adalah awal pemulihan.

Pentingnya self awareness

Gambar luka...

2. MENGAKUI.

Semua perasaan di atas, seperti marah, kecewa, dan sedih perlu diakui. Dengan mengungkapkan emosi yang ada di dalam hati akan melegakan. FirmanNya, pengakuan awal dari pemulihan. Yak 5:16

Carilah seseorang yang Anda percayai, dan matang secara emosi. Jika perlu menemui konselor profesional. Ceritakan detail peristiwa, waktu dan mereka yang melukai hati anda. Bila sdr terbatas lewat cerita, bisa perdalam ceritamu lewat tulisan. Writing is healing. Menulis itu bisa menyembuhkan.

Usahakan sejak hari ini jangan menyimpan emosi negatif. Jika marah atau sedih atau kecewa, ungkapkan secara harian, sebelum matahari terbenam atau menjelang tidur malam hari. Bila sdr punya relasi yang baik dengan pasangan dan keluarga, sdr mudah melakukan keterbukaan ini. Jika tidak, temuilah sahabatmu atau konselormu.

3. MENSYUKURI.

Tidak ada yang kebetulan dalam hidup ini. Dia bersabda, satu helai rambut kita saja jatuh Ia tahu, apalagi harga diri kita diinjak-injak dan dihina. Ia mengijinkan, untuk sebuah maksud atau tujuan.

FirmanNya mengajar kita untuk bersyukur senantiasa. Karena itu baik kita melatih kebiasaan bersyukur, bukan hanya untuk hal yang baik tapi juga buat pengalaman buruk
Bersyukur adalah seni berserah. Menyerahkan ketidakberdayaan kita mengontrol situasi atau orang-orang yang bermaksud jahat. Percayalah, pada waktu yang tepat Allah terlibat dan campur tangan, memulihkan luka menjadi sukacita. Air mata menjadi mata air.

4. MEMBERKATI

Setelah mampu mensyukuri peristiwa, dan perasaan pengalaman luka tadi, kita perlu memberkati orang yang melukai kita.

Ada empat alasan mengapa kita memberkati mereka yang menganiaya emosi kita:

Pertama, pengalaman buruk kita membentuk kepribadian, mental kita menjadi lebih kuat dan dewasa. Menjadi lebih mandiri dan tidak cengeng. Orang bisa saja mereka-rekakan hal yang buruk, tetapi dalam anugerahNya Tuhan memakai untuk kebaikan pribadi kita.

Kedua, mengapa kita memberkati mereka yang melukai, Sebab mereka menyadarkan kita, bahwa kita orang berdosa yang bisa kecewa, marah bahkan benci. Lewat luka tadi kita merasa membutuhkan anugerah dan pengampunan.

Ketiga, firmanNya mengajar kita tidak membalas kejahatan dengan kejahatan, tetapi dengan kebaikan. Belajar mendoakan musuh-musuh kita. Berdoa dan memberkati adalah buah kebaikan yang bisa kita persembahkan pada mereka yang melukai perasaan dan harga diri kita.
Meski akan ada perasaan tidak nyaman bahkan sakit saat memberkati orang yang menyakiti kita, namun itulah yang menjadi semacam "betadine" mengeringkan luka hati kita. Awalnya sakit, tapi akhirnya akan kering seiring waktu.

Keempat, kelak dengan bekas luka tadi kita mampu berbagi empati dengan mereka yang terluka. Tak ada luka kita yang sia-sia, semua bekas luka berguna, membuat orang lain berani menjalani luka mereka. Makin besar luka makin besar Tuhan memakai anda dan saya.

5. MENIKMATI.

Sebagian luka hati kita tidak pernah langsung sembuh. Sakit hati kita tidak bisa dengan singkat kita atasi, terutama saat menghadapi kenyataan pasangan kita menghianati. Lagipula dalam beberapa kasus, rekonsiliasi membutuhkan dua belah pihak. Perdamaian dengan orang yang kita sayangi.

Andai saya bisa memberi analogi

Bila sepeda dicuri tetangga, dibandingkan dengan suami kita "diambil" istri tetangga, tentu sangat beda kedalaman rasa marah dan kekecewaan kita.

Memulihkan hati yang dikhianati membutuhkan waktu. Karena itu kita perlu belajar menjalani luka hati. Tidak mungkin dengan satu kali konseling atau berdoa langsung sembuh.

Untuk itu kita perlu meminta anugerah Allah agar cakap menjalani luka tadi. Hari demi hari, belajar menikmati perasaan marah kita. Tidak menyangkal dan menekan emosi tadi. Juga tidak mengumbar, melainkan mengelola emosi kita dengan kekuatan Roh Tuhan.

Karena itu belajarlah Bersahabat dengan masalah, kenali baik-baik dan berjalan dengan dia. Sampai problem itu kuat anda jalani, dan pada waktunya kita "wisuda" dengan masalah kita.

FirmanNya, kita tidak diijinkan menghadapi masalah yang melampaui kekuatan kita. Sebaliknya, Ia memberi kita kekuatan dan kecakapan menjalani luka hati kita.

Kita sudah belajar lima proses atau TAHAPAN saat menjalani luka atau kehilangan

1. Menyadari
2. Mengakui
3. Mensyukuri
4. Memberkati dan
5. Menikmati

Selamat mencoba tahapan ini, dan belajar menikmati luka hati hingga pulih, dan kelak mengeringkan luka sesama dengan bekas-bekas luka kita


Tidak ada komentar:

Posting Komentar