Pages

Translate

Senin, 09 Februari 2015

introvert..

“Ih, itu orang kok sombong banget, diajak
ngobrol, irit banget kata-katanya”.
“Ni orang pendiam amat, lagi ada masalah
kali ya”
“Si A itu orangnya kuper, temannya dikit,
tongkrongannya di perpus. Aneh banget!”
Tiga kalimat di atas adalah kalimatyang
sering diucapkan orang mengenai
seseorang yang memiliki kepribadian
Introvert. Dan biasanya yang mengucapkan
itu pastilah yang Ekstrovert. (Sesama
Introvert kan dilarang saling
menghina..hehe)
Saya yakin jika dari antara Anda yang
membaca tulisan saya ini adalah
seseorang dengan kepribadian introvert,
pasti pernah mendengar ketika kalimat
tersebut ataupun kalimat senada dengan
itu ditujukan kepada kalian.
Sebenarnya apa sih itu Introvert?Sebelum
saya menjawab, coba Anda menjawab satu
pertanyaan ini. “Apa yang Ada dalam benak
atau pikiran Anda ketika mendengar kata
INTROVERT?” Coba dipikirkan beberapa
menit dan jawabdengan jujur.
Nah, kebanyakan orang mengasosiasikan
Introvert dengan konotasi yang negatif
seperti “Aneh,Penyendiri, Tidak Suka
Bergaul, Tidak Asik, Kutu Buku, Sombong,
Pemulu, Tidak Suka Berbicara dan lainnya”
Benar tidak? Hayoo..mengaku saja. Bagi
Anda dengan kepribadian Introvert, pasti
salah satu julukan ini pernah dialamatkan
kepada Anda. Benar tidak?
Lalu hubungannya dengan judul artikel ini
apa? Emang salah kalau seseorang itu
Introvert?Weiittss..Sabar..jangan panas
dulu (terutama yang merasa Introvert). Ada
alasan tertentu mengapa saya membuat
artikel ini dan mengapa saya memberi
judul seperti itu. Saya akan
menjelaskannya sesaat lagi.
Namun sekarang saya ingin kembali ke
pertanyaan saya di awal. Apa sih
sebenarnya Introvert itu? Makhluk
sepertiapa dia? Apakah benar apa yang
selama ini kita pikirkan tentang Introvert?
Saya ingin kita benar-benar melihat
kembali perspektif dan pola pikir kita
tentang apa itu sebenarnya kepribadian
Introvert.
Menurut seorang dokter psikologi
dari Swiss, Carl Jung,
Introvert atau Introversion adalah
kepribadian manusia yang lebih berkaitan
dengan dunia dalam pikiran manusia itu
sendiri. Orang-orang introvert adalah
mereka yang terampil dalam
melakukanperjalanan ke “dunia dalam”,
yaitu diri mereka sendiri. Mereka selalu
mencoba memahami diri mereka sendiri
dengan melakukan banyak perenungan dan
berkontemplasi.
Oleh sebab itu mereka yang memiliki sifat
introvert ini lebih cenderung menutup diri
dari kehidupan luar. Mereka senang berada
dalam kesunyian atau kondisi yang tenang,
daripada di tempat yang terlalu banyak
orang. Mereka cenderung memilih untuk
sendirian atau bertemu dengan sedikit
orang, namun pada akhirnya, mereka
menjadi orang yang memahami dirinya,
berpendirian keras, tidak mudah
terpengaruh oleh orang lain, dan
mengetahui apa yang menjadi tujuan dalam
hidupnya.
Sumber energi mereka berasal dariproses
‘menyendiri’ ini sehingga bagi orang yang
tidak mengerti, orangintrovert terkadang
disalah artikan sebagai pribadi yang anti
sosial dan tertutup. Hal ini yang menjadi
perbedaan terbesar antara orang introvert
dengan orang extrovert, yaitu cara mereka
mendapatkan ”energi”. Orang introvert
mendapatkan ”energi” mereka dari dalam
diri mereka sendiri. Sementara
orangextrovert mendapatkan ”energi” dari
orang-orang di sekeliling mereka.
Nah, sungguh jauh dari kesan negatif kan?
“Tapi, mana asik hidup sendirian”
“Emang enak apa kalau dikesunyian?
Lebih enak rame-rame”
“Apakah mereka tidak lelah selalu
menyendiri, pendiam, dan tidak senang
pergi dengan orang lain?”
Mungkin pertanyaan ini muncul dalam
benak Anda (dan sangat dipastikan bahwa
Anda adalah ekstrovert)
Orang introvert
mendapatkan”energi” mereka dari
dalam diri mereka sendiri.
Sementara orang
extrovertmendapatkan ”energi” dari
orang-orang di sekeliling mereka.
Mengapa pertanyaan seperti itu bisa
muncul? Karena menurut penelitian,
secara global, manusia di dunia ini lebih
banyak dengan kepribadian Ektrovert
dibandingkan dengan Introvert. Dalam
bukunya The Introvert Advantage (HowTo
Thrive in an Extrovert World), Marti Laney,
Psy menuliskan bahwa jumlah orang yang
introvert hanya sekitar 25% dari total
manusia. Wow..bayangkan itu.Maka tidak
mengherankan apabila kita hidup di dunia
dengan budaya yang begitu mengagumi
sifat-sifat Ekstrovert. Standar yang ideal
yang umum berada di masyarakat adalah
standar Ekstrovert.Seolah-olah tidak ada
ruang untuk mereka yang Introvert,
termasuk saya.
Ha? Maksudnya??
Ya, saya.Saya adalah seseorang dengan
kepribadian Introvert.
Apa? Masa? Masa sih Morris seorang
Introvert?
Bagi beberapa orang yang pernah bertemu
dengan saya, pernah ngobrol dengan
saya,maka kemungkinan besar sangat jauh
image Introvert melekat pada diri saya.
Apalagi dikarenakan pekerjaan saya
adalah seorang trainer dan public speaker ,
maka kebanyakan orang menduga saya
adalah seseorang yang ekstrovert.
Kok bisa? Memangnya Introvert bisa ya
menjadiseorang public speaker? Kok bisa
berinteraksi dengan banyak orang?
Bukannya Introvert itu suka menyendiri?
Tidak suka keramaian?”
Nah,inilah alasan saya menuliskan artikel
ini. Saya ingin mengajak Anda sekalian
(khususnyayang Ekstrovert) untuk
mengenali Introvert dengan lebih dalam.
Untuk apa? Untuk membantu Anda
memahami mereka. Mengapa? Kita tidak
pernah tahu siapa orang-orang terdekat
kita yang sebenarnya adalah Introvert,
namun karena ketidakmengertian Anda
membuat Anda akhirnya menyakiti
mereka. Mereka bisa saja ayah, ibu,
saudara, teman bahkan pasangan Anda
sendiri.
Dan untuk yang Introvert, saya ingin
membantu Anda dan meng- encourage
Anda, memotivasi Anda agar Anda
mengenali siapa diri Anda yang
sebenarnya, menerima diri Anda dan tidak
merasa malu atau bersalah dengan
menjadi Introvert, hanya karena Anda
tergolong minoritas.
Sambil saya juga akan menceritakan
sedikit pengalaman saya, bagaimana saya
yang adalah seorang Introvert, bisa
menjadi seorang Public Speaker.
Saya sendiri, dulunya sebelum belajar
banyak tentang psikologi dan
kepribadian,merasa bahwa ada yang salah
dengan diri saya. Ketika SD, saya sering
merenung dan bertanya dalam hati (lihat,
ini ciri-ciri Introvert, bertanya dalam
hati,bukan bertanya kepada teman/orang
lain) mengapa saya tidak seperti teman-
teman saya lainnya. Mengapa saya sangat
sulit untuk bergaul dan mendapatkan
teman baru. Selama 6 tahun SD, saya
hanya memiliki 1 saja, saya ulangi, 1 saja
sahabat karib.
Memang,saya berteman dengan yang
lainnya, namun hanya 1 ini yang benar-
benar sayaanggap sebagai teman sejati
saya.
Hal ini sempat membuat orang tua saya
khawatir. Saya masih ingat bahwa saya
seringkali dinasehati untuk jangan hanya
berteman dengan teman saya yang satu itu
aja.Harus bergaul dengan yang lain.
Bermain dengan yang lainnya juga dan
lain-lain.Masih sangat berbekas dalam
ingatan saya ketika selama 1 minggu
penuh, ketika makan malam dengan orang
tua saya, pembahasannya itu-itu saja.
“KAMU BERGAULDENGAN YANG LAIN
JUGA!”
Karena nasihat, yang mungkin lebih
tepatnya intimidasi orang tua tersebut,
membuatsaya berpikir bahwa saya ini
aneh. Ada yang salah dengan diri saya.
Saya terus mencari tahu ada apa dengan
saya. Saya ini bodoh, tidak bisa bergaul.
Padahal pada saat SD, saya berturut-turut
menjadi ketua kelas selama 6 tahun
(darikelas 1-6) TIDAK TERGANTIKAN!
Saya juga juara 1 terus selama 6 tahun
(kelas 1-6SD). TIDAK TERKALAHKAN!
(hahaha...agak sombong ya sepertinya).
Lalu mengapa saya tidak bisa bergaul
seperti anak-anak lainnya? Saya sangat
berusaha keras untuk menjadi
EKSTROVERT! Saya berusaha memenuhi
tuntutan orang tua saya dan juga
lingkungan sosial saya untuk menjadi
seseorang yang bukan saya.
Apa yang membuat saya tidak bisa bergaul
seperti yang lain? Apa yang membuat saya
tidak bisa lues seperti yang lainnya?
Apakah saya tidak cukup ramah? Apakah
saya menyebalkan? Tidak menyenangkan?
Tidak juga. Buktinya saat saya kelas 6,
ada seorang orang tua murid yang (saat itu
sih) dengan yakin, dihadapan teman-
teman saya, menjodohkan saya dengan 2
orang putri kembarnya! (yang kebetulan
satukelas dengan saya). Saya diberi
kebebasan untuk memilih kakaknya atau
adeknya.(2 orang sekaligus! Saya pasti
anak yang aneh namun ajaib..hehe)
Penelitian menunjukkan bahwa anak-
anak introvert kerap
mendapatkantekanan dari lingkungan
untuk menjadi lebih “normal”, yang
berarti lebihextrovert. Dengan
maksud “menyembuhkan” anak-anak
introvert, banyak orangtuamencoba
“mengobati” anak introvert mereka
dengan mengajak mereka ke acara-
acarakeluarga yang dipadati banyak
orang dan mendorong mereka
bermain dengananak-anak lain
secara berkelompok.
Namun karena ketidakmengertian saya,
maka hal ini terus berlanjut sampai SMP.
Di SMP pun saya hanya memiliki sedikit
teman dekat. Yah, hanya 1-2 orang saja.
Yang lainnya sih kenal, sering belajar
bersama. Namun ya begitu, tidak ada
koneksiyang terbangun. Hanya sekedar
teman utk say “hai, ada PR gak?”
Di luar kelihatannya saya baik-baik saja.
Namun di dalam, saya mengalami
pergumulanyang amat sangat tentang diri
saya. Saya berusaha ramah dan menarik
perhatian orang lain. Saya berusaha
terlihat menarik, saya berusaha untuk
menjadi supel,dan lainnya. Namun saya
merasakan sepertinya ini adalah usaha
yang sia-sia.
Di SMA,sudah mulai agak lumayan. Saya
memiliki 6 teman dekat. Yap. ENAM orang
SAJA.(Ini sudah kemajuan yang luar biasa.
Peningkatan lebih dari 100%). Nah, di SMA
pun, saya masih tetap mengalami
pergumulan yang sama, namun sudah tidak
terlalusaya ambil pusing, karena menurut
saya saya sudah ada peningkatan. Dari
cuman 1 teman menjadi 6. Yah, 6 cukup
baiklah.
Namunsatu tamparan keras kembali datang
kepada saya ketika saya mencalonkan diri
sebagai ketua OSIS. Saya kalah telak,
karena saya kurang bisa bersosialisasi,
saya kurang dikenal dan kebanyakan
kakak kelas tidak menyukai saya
(Iyalah,saya satu-satunya orang aneh yang
saat itu berencana menghapuskan
SENIORITAS disekolah saya! Keren, tapi
juga gila).
Saat itu saya cukup tertekan. Karena
menjadi ketua OSIS merupakan salah satu
impian saya untuk dapat
memuluskanrencana saya mengubah
sekolah saya menjadi lebih baik. Dan
akhirnya saya haruspuas menjadi wakil 2
OSIS.
Saat itu saya berpikir, coba seandainya
saya bisa dengan mudah bergaul, coba
seandainya saya supel, coba seandainya
saya bisa seperti anak yang lain, saya
pasti sudah memenangkan pemilihan itu.
Saya mulai menyalahkan diri saya. Sejak
saat itu,setelah selesai dari OSIS, saya
memutuskan untuk tidak masuk organisasi
apapun disekolah. Saya merasa bahwa
tempat saya bukan disana.
Saya juga sering menerika julukan
‘sombong’, ‘kuper’, ‘tidak suka bergaul’,
‘eksklusif”dan lainnya. Sampai akhirnya
entah karena frustasi atau dipaksa, saya
akhirnya mengikuti ekstrakulikuler
DRAMA. Ya DRAMA!
Sebagai seorang yang Introvert, di ekskul
ini saya memperoleh banyak hal yang
membantusaya untuk dapat memenuhi
ekspektasi orang lain terhadap saya. Saya
belajar berbicara di depan umum. Saya
belajar berakting di depan banyak orang
dan sampai suatu ketika, saya menikmati
rasanya berdiri, disaksikan banyak orang.
Saya merasa senang dan bersemangat di
atas panggung. Saya senang orang
lainmenyaksikan performance saya. Tanpa
saya sadari, ini adalah salah satu
penyebab atau cikal-bakal mengapa saya
senang dengan dunia public speaking.
Namun saya menemukan keanehan. Saya
menyukai berada di atas panggung, saya
menyukai dilihat banyak orang, namun
setelah turun panggung, saya tidak
menyukai berbicara dengan orang-orang.
Disitu saya menyadari bahwa saya
menyukai interaksi satu arah (saya
berbicara, Anda mendengar) dan bukan
interaksi dua arah. Saya berpikir bahwa itu
adalah suatu kemajuan dan tidak beberapa
lama,saya terpilih menjadi ketua ekskul
drama tersebut. (Not bad lah untuk seorang
yang Introvert.)
Memasuki dunia perkuliahan, saya pikir
semuanya akan membaik. Namun ternyata
lagi-lagi saya menemui kemunduran. Saya
hanya memiliki 2 teman dekat. Dari 300
lebih angkatan saya, saya hanya memiliki
2 teman dekat. Hanya dengan kedua orang
inilah saya menghabiskan sebagian besar
waktu saya.
Saya lebih senang belajar sendiri,
dibanding belajar bersama. Saya lebih
banyak menghabiskan waktu saya di
perpustakaan dan ruangan komputer
dibandingkan nongkrong dikantin atau hang
out dengan yang lainnya.
Kalimat yang paling sering saya dengar
diucapkan teman-teman saya ketika kuliah
adalah “Morris mah ga usah diajak, dia
gak bakalanmau ikutan. Ansos dia”
Walaupunmemang pada kenyataannya
saya memang tidak bakalan mau ikut,
namun tetap sajaperkataan mereka itu
kembali meresahkan saya. What’s wrong
with me? No one understand me. Ya
bagaimana bisa mereka mengerti saya,
saya sendiri saja tidak mengerti diri saya
sendiri.
Sampai akhirnya saya berkenalan dengan
dunia psikologi dan motivasi. Di sinilah
saya mengenali apa yang terjadi dengan
diri saya. Di sinilah saya mengenali
bahwasaya Introvert and to be honest, I’M
PROUD OF IT! Saya mulai belajar untuk
mengenali diri saya,menerima diri saya
dan melakukan sedikit adaptasi dengan
dunia Ektrovert ini.
Nah, olehk arena itu, saya ingin membantu
Anda dengan memberikan beberapa mitos
seputar kepribadian Introvert yang banyak
bersliweran di luar sana.
1. Introverttidak suka berbicara
Well. Kalau Introvert tidak suka berbicara,
maka saya tidak akan pernah menjadi
seorang trainer dan publicspeaker. Itu
tidak benar. Kalau dibilang irit bicara,
memang benar.Mengapa? Pertama , kami,
para Introvert tidak suka basa-basi. Kami
tidak berbicara jika memang tidak ada
yang penting untuk diperkatakan. Namun
apabila Anda mengajak kami
membicarakan sesuatu yang menarik
minat kami, maka kami bisatidak akan
diam sepanjang hari. Itu yang terjadi
kepada saya. Ketika seseorangmembahas
topik yang menarik perhatian saya, apalagi
sesuatu yang saya kuasai,maka saya tidak
tahan untuk tidak nimbrung dan
mengeluarkan semua yang saya tahu.
Namun ketika Anda membahas tentang
Aliando dan GGS, maka percayalah, Anda
akan terkejut betapa cepatnya saya
menghilang dari hadapan Anda. Hahahaha
Kedua, kami berpikir sebelum bicara. Jika
ada terlalu banyak orang,
Introvertbiasanya sulit untuk berkata-kata
dan memutuskan diam saja. Tidak ada
gunanyamenyuarakan sesuatu yang sudah
dipikirkan matang-matang namun tidak
ada yangmendengarnya. Hasilnya,
Introvert sering dicap sebagai orang yang
tidak suka berbicara,atau tidak ada
sesuatu yang dibicarakan.
Diamnya introvert bukan karena kami
cuek, kami hanya sedang
mencoba‘membaca’ Anda. Iya, membaca
karakter lawan bicara. Kami, Introvert
adalahorang-orang pemikir dan suka
menganalisa sesuatu sampai ke hal-hal
detail yangkadang tidak disadari sama
kebanyakan orang. Kami juga orang yang
berhati-hati.Saking hati-hatinya, setiap
yang mau diomongin harus dipikir dalam-
dalam. Tidakjarang juga kami melakukan
self monolog ,berbicara sendiri dalam
rangka mempersiapkan biar tidak salah
ngomong nanti didepan orang.
Di dalam dunia kerja, seorang Introvert
dikenal dapat bersikap tenangmenghadapi
segala tekanan dan permasalahan.
Mungkin karena kebiasaan kami
yangmenyendiri sehingga emosi kami
terlatih untuk tetap stabil. Selalu
berpikirsebelum berbicara adalah suatu
naluri lahiriah bagi kami. Introvert akan
berhati-hatisaat menjelaskan
pendapatnya, karena mereka tak suka
dengan pertikaian yang takada hasil. Oleh
sebab itu mereka cenderung menjadi
pendengar yang baik.
Namun, di balik itu semua, seorang
Introvert yang sedang mendengar
sangatpandai dalam menggabungkan
fakta-fakta dan prinsip serta pemikiran
orang lain,kemudian dijadikannya sebuah
klausa sebab-akibat yang baik, lalu
dikemas rapihdan terbentuklah sebuah
tesis, sebuah jawaban yang dapat menjadi
pemecahmasalah bagi sebuah perdebatan
yang terjadi. Bagi Introvert diam bukan
berartitak mengerti atau tak peduli, tetapi
mereka menganalisa. Kedetilan mereka
akansegala hal membuat Introvert menjadi
pekerja yang baik.
Kami Introvert tidak suka basa-basi
dan
kami berpikir sebelum bicara
2. Introvert pemalu.
Rasa malu tidak ada hubungannya dengan
menjadi seorang Introvert.Introvert bukan
berarti takut orang. Saya punya teman-
teman Ektrovert yang jugamalu dan gugup
ketika tampil untuk pertama kalinya di
depan orang banyak untukberbicara.
Namun jika saya Anda suruh berbicara di
depan orang, sekalipun sayaIntrovert,
maka langsung saya akan maju ke depan
dan memukau Anda denganpembicaraan
saya (promosi..hehe)
Apa yang kami butuhkan adalah sebuah
alasan untuk berinteraksi.
Memang,biasanya ini muncul ketika
pertama kali berinteraksi dengan orang
baru ataulingkungan baru. Beberapa kali
saya masuk komunitas baru, maka first
impression mereka tentang sayaadalah
saya seorang pemalu. Saya tidak suka
membuat first move di komunitas yang
baru saya masuki dan kenal.
KamiIntrovert, tidak seperti Ekstrovert
yang gampang memulai pembicaraan
denganorang baru. Kami cenderung pasif.
Inginnya disapa. Inginnya orang lain
yangmemulai pembicaraan dengan kami.
Namun apabila sudah klik, Anda akan
bingungbetapa cepatnya kami nyambung
dengan Anda.
Saya masih ingat ketika saya pertama kali
bergabung dengan sebuahKomunitas Sel
(Di gereja saya di Jakarta disebut dengan
DATE). Saat itu sayadan pasangan saya
baru join untuk pertama kalinya.
Dankebetulan saat setelah pemimpin DATE
nya selesai share bahannya, ia
memberikankesempatan kepada anggota
DATE lainnya untuk menambahkan atau
share sesuatuberhub dengan topik yang ia
sampaikan. Dan tanpa disangka, saya
angkat bicarawaktu itu.
Nah, setelah itu, dalam perjalanan pulang,
pasangan saya bertanya kepadasaya,
“tumben kamu di pertemuan pertama udah
berbicara” (Ia menyadari kalau inibukan
kebiasaan saya). Lalu saya katakan kalau
sebenarnya saya tadinya jugatidak ingin
bicara/nimbrung untuk membagikan
pemikiran saya, namun karenatopiknya
menarik dan saya juga menguasainya,
maka saya tidak tahan untuk
tidakmembagikan apa yang saya ketahui.
Jadi tidak selamanya Introvert itu pemalu.
Introvert bukan berarti takut orang,
yang kami butuhkan adalahsebuah
alasan untuk berinteraksi
3. Introverttidak menyukai orang-orang
dan Ansos (Anti-Sosial)
Justru sebaliknya, kami sangat menyukai
orang-orang. Kami benar-
benarmenghargai teman-teman kami (yang
sangat sedikit itu). Teman-teman kami
sangatsedikit (ingat kisah saya, rekor
teman terdekat saya cuma 6!). Namun
apabilakami, yang Introvert ini
memasukkan Anda dalam kategori sebagai
teman terdekat,maka Anda baru saja
mendapatkan teman yang tidak akan
meninggalkan Anda sekalipunAnda dalam
kesusahan!
Kami memang orangnya cenderung
tertutup. Tapi bukan berarti
kamiselamanya tertutup. Apabila kami
membuka diri ke seseorang, itu berarti
orangtersebut berarti khusus bagi kami.
Kami jarang mengumbar kelebihan
dankelemahan kami. Apabila kami
menceritakan kelebihan kami, bukan
berarti kamimenyombongkan diri di depan
seseorang tersebut. Justru orang
tersebutlah yangkami anggap spesial
untuk kami berbagi kebahagiaan.
Apabila kami menceritakan kelemahan
kami, bukan berarti kami ingindikasihani
atau butuh sandaran. Justru kami ingin
ada orang yang mengerti danmungkin bisa
memberikan solusi di luar kotak pemikiran
kami yang mungkin hanyakami yang bisa
mengertinya.
Hanya karena Introvert butuh (dan
menikmati) waktu sendirian mereka
lebihbanyak dari rekan Ekstrovert lainnya,
tidak berarti bahwa kami tidak sukaorang-
orang. Kami hanya cenderung menikmati
interaksi sosial dengan cara yangberbeda
dengan yang orang Ektrovert lakukan.
Jangan memaksa atau menghakimiseorang
Introvert dalam suatu pesta – kami lebih
memilih duduk dengan tenangdan melihat
semua aksi dari ‘pinggir lapangan’. Ini
tidak berarti kami antisosial atau tidak
mau bersenang-senang; hanya saja bagi
kami, lebihmenyenangkan menikmati
pesta dengan tenang dan diam.
Kami juga bukan orang yang anti-sosial.
Ini perlu diluruskan. Anti sosialadalah
kondisi dimana seseorang tidak memiliki
kepekaan sosial, mengacuhkanmasalah
yang ada di masyarakat. Sedangkan orang
Introvert, walaupun mereka
jarangmelakukan interaksi sosial, belum
tentu mereka tidak mengetahui masalah-
masalah
yang ada di lingkungannya, justru sebagian
besar orang Introvert memilikikepekaan
yang tinggi pada lingkungan sekitarnya,
mereka menghabiskan waktunyadengan
memikirkan masalah di lingkungannya,
mencari pemecahan di berbagai
sisi,menganalisa, dan membuat
kesimpulan. Mereka mencari jawaban di
dalam dirinyasendiri, bukan diluar. Kondisi
tersebut membuat kami, Introvert sering di
salahpahami sebagai anti sosial, depresi,
dan menarik diri dari masyarakat.
Kemudian, kami Introvert, bukan berarti
malas bergaul, hanya saja kamibelum
nyaman berbicara dengan orang baru.
Salah satu yang buat saya palingkesal atau
tidak nyaman adalah kalau saya lagi
sendiri, terus ada orang tidakdikenal, tiba-
tiba sok kenalan dan mulai ngobrol dengan
saya. Biasanya inisering terjadi ditempat-
tempat umum seperti angkutan umum,
taman dan lainnya.Mungkin orang tersebut
niatnya baik, ingin kenalan, ingin
bersosialiasi dansangat mungkin dia
tipenya Ekstrovert, namun bagi kami, itu
sangat tidakmenyenangkan.
Introvert itu bukan anti sosial. Dan sekali
lagi, kami hanya tidak taubagaimana
caranya memulai. Kami juga bukan
membenci lingkungan, kami hanyamerasa
lebih senang dan tenang dengan
lingkungan yang damai. Kami kurang
nyamandengan lingkungan yang ramai,
penuh orang, dan terlalu berisik.
Kolumnis terkenal Amerika Serikat,
Jonathan Rauch, dalam artikelnya "Caring
for Your Introvert" yangdimuat di The
Atlantic Monthly (2003) mengatakan bahwa
setelah satu ataudua jam bersosialisasi,
kaum introvert merasa perlu off sejenak
dan"mengisi baterai" kembali. Bagi Rauch
(yang ternyata juga introvert)diperlukan
dua jam menyendiri untuk setiap jam
bersosialisasi. Dan ini sangatbenar sekali
dialami oleh kami yang Introvert. Namun
ini bukanlah gejalaantisosial.
Kami suka bersosialisasi, tetapi dalam
cara yang berbeda dan frekuensiyang lebih
sedikit dibanding ekstrovert. Kami juga
suka diajak pergijalan-jalan hanya saja
jika ada kepentingan misal untuk membeli
sesuatu,menonton film, atau foto-foto, dan
bukan cuma kongkow tidak jelas. Setelah
itu,jika terlalu lama kami berada
dikerumuman orang, kami butuh waktu
untukmengecas energi lagi dan mengatur
pikiran kami.
Introvert itu bukan anti sosial. Kami
suka bersosialisasi, tetapi dalam
cara yangberbeda dan frekuensi yang
lebih sedikit dibanding ekstrovert
4. Introverttidak suka pergi ke tempat
umum.
Nah, ini mitos yang paling sering
terdengar. Kami bukannya tidak sukapergi
ke tempat umum. Kami hanya tidak ingin
pergi ke tempat umum UNTUK
WAKTUYANG LAMA. Kami biasanya
menghindari komplikasi yang terlibat
dalam kegiatanpublik. Ketika akan pergi
kesuatu tempat, biasanya kami sudah
memikirkan akanmelakukan apa dan
berapa lama. Kalau istilah kerennya “KAMI
DATANG, KAMISELESAIKAN, KAMI
PULANG” (heheh) Mengapa? Karena terlalu
lama dikeramaian,menyedot energi kami.
Terlalu lama dikeramaian membuat kami
ibarat ikan yangdilepaskan di darat. Kami
perlu balik lagi ke air untuk mengisi ulang
energi. Faktanya,isi ulang energi adalah
mutlak penting untuk introvert.
Nah, bagi saya pribadi, hal ini sangat
berpengaruh terhadap karier danjuga
hubungan percintaan saya. Mengapa?
Pertama, sebagai trainer/ public speaker ,
maka setelah selesaimemberikan training,
saya DIHARAPKAN tidak langsung pulang,
namun juga menyapapeserta/ audience
saya. Berinteraksidengan mereka.
Padahal, ketika itu energi saya sudah
tersedot banyak ketikamenyampaikan
presentasi saya. Saya butuh pulang untuk
me- recharge diri saya lagi.
Dulu prinsip saya adalah saya datang,
saya presentasi, saya pulang! Namunsaya
menyadari bahwa itu tidak baik. Oleh
karena itu saya mensiasati
ketikaberinteraksi dengan audience ,
sayaterus berusaha mengarahkan
pembicaraan mereka pada topik yang
sudah sayapresentasikan, ini membuat
saya tetap bersemangat menjelaskan dan
dapatmengulur waktu untuk mengisi
energi.
Kedua, pasangan saya adalah Ekstrovert.
Nah, ini agak repot. Bagipasangan saya,
kalau Senin-Jumat sudah capek bekerja,
maka refreshingnya adalahjalan-jalan
pada Sabtu/Minggu. Hangout ke Mall, ke
taman, ke tempat hiburandll. Sedangkan
bagi saya, kalau sudah capek kerja, ya
tidur di rumah, bukannyajalan-jalan. (Nah,
salah satu ciri utama seorang Introvert
adalah energi palingbesar di dapatkan
dengan tidur!) Untungnya saya telah
mengerti siapa sayasebelumnya dan
belajar menerima diri saya sebelum
akhirnya memutuskan membangunsuatu
hubungan. (Lihatkan, betapa pentingnya
untuk understand and love yourself first,
before try to understand and loveothers )
Awalnya memang sulit melakukan
adaptasi. Saya tidak terlalu suka
bertemubanyak orang terlalu lama, saya
tidak suka ngobrol ngalur-ngidul tidak
jelas,sementara pasangan saya sangat
suka keramaian. Ia sangat suka
bersosialisasi.Ia bisa dengan mudah dan
cepat mendapat teman baru. Namun
akhirnya kita belajarsaling mengerti
karena saya pun menjelaskan perbedaan
Introvert dan Ekstrovertkepadanya.
Namun sebenarnya walaupun Introvert
tidak suka kerumunan orang banyak,
kamisebenarnya suka pergi ke tempat
yang baru, orang-orang baru, hal-hal baru.
Kami bukannya tidak suka pergi ke
tempat umum. Kami hanya tidakingin
pergi ke tempat umum UNTUK
WAKTU YANG LAMA
5. Introvert seringsendirian
Nah, memang benar kami, para Introvert
sangat nyaman dengan pikiran
kamisendiri. Kami banyak berpikir dan
berimajinasi. Kami senang memiliki
masalahuntuk dikerjakan dan teka-teki
untuk dipecahkan. (Makanya game online
kesukaansaya adalah “How to escape”
atau “Escape Room” yang ada di Playstore.
Sayabahkan bisa tidak makan kalau belum
terpecahkan bagaimana caranya untuk
bisa escape di game tersebut) Nah,
agakrepotnya adalah permainan kesukaan
saya dan pasangan saya sangat jauh
berbeda.Ia menyukai Cookie Run, dan saya
tidak terlalu senang. Permainan apa
itulompat-lompat gak jelas. Hahah. Namun
ketika ia mencoba bermain permainan
saya,ia pusing dan bingung. Mau kabur
dari ruangan aja susah banget.
Memang benar, kami suka menyendiri.
Kami suka sendirian. Bahkan
dahulusebelum saya memiliki pasangan,
saya melakukan semuanya sendiri tanpa
canggungatau malu. Saya nonton
sendirian, saya makan sendirian, saya ke
mall sendirian,saya beli sesuatu sendirian
dan saya finedengan itu. Dalam prinsip
saya adalah “Kalau bisa dilakukan
sendirian, buat aparame-rame?” hahah.
Saya tidak peduli dengan apa pemikiran
orang tentang sayayang selalu sendiri ke
mana-mana. Saya nyaman dengan
kesendirian saya.
Malah yang agak repot ketika saya sudah
memiliki pasangan. Bahkan sayadan
pasangan saya punya perjanjian bahwa
kita tidak boleh setiap hari bertemudan
pergi jalan ke luar. Harus ada 1 atau 2 hari
di mana kita tidak bertemu dansaya hanya
sendirian saja. Mengapa? Karena disitulah
saya mengisi kembalienergi saya. Kalau
setiap hari ketemu (senin-minggu) dan
saya tidak punya waktuuntuk sendirian,
maka energi saya bisa habis dan saya
dapat menjadi sangat badmood dan uring-
uringan. Dan tentusaja itu sangat
berdampak pada hubungan yang dibina.
Awalnya memang sedikit sulit. Mengapa?
Karenapasangan saya ia adalahseorang
Ekstrovert, maka semakin seringbertemu,
maka energinya akan semakin besar,
belum lagi karena bahasa kasihnyaadalah
Quality Time. Sedangkan saya, sudah
Introvert, bahasa kasihnya adalahHadiah.
Hahahah. Repotkan. Bagi saya, hadiahnya
saja yang datang, sudah merasadikasihi.
Lalu apakah kami, para Introvert, pernah
merasa kesepian? Tentu pernah.Namun
berbeda dengan teman-teman Ekstrovert
yang kesepian apabila sendiriansaja,
maka kami akan merasa kesepian jika
kami tidak memiliki siapapun
untukberbagi pencapaian kami. Introvert
menginginkan hubungan yang otentik dan
tulusdengan SATU ORANG pada satu
waktu. Kami benar-benar dapat merasa
kesepian jikatidak ada orang lain sebagai
tempat sharingsemua ‘penemuan-
penemuan’ kami.
Nah, disinilah saya merasakan peranan
yang sangat besar dari pasangansaya.
Sekalipun Ia adalah Ekstrovert, namun ia
selalu menyediakan waktumendengarkan
semua pemikiran dan ide-ide gila saya
yang biasanya saya temukanketika sedang
sendirian, ntah itu di toilet ataupun ketika
dikendaraan. Pasangansaya adalah orang
pertama di mana saya berbagi semua
pengetahuan yang sayaterima, semua
pewahyuan yang saya terima dari Tuhan,
semua ilmu yang saya dapatdari berbagai
sumber, ntah itu buku ataupun media
lainnya. Dan yang palingpenting, ide segila
dan setidak masuk akal apapun yang saya
sampaikan, iaberespon dengan sangat
baik. Ia selalu berkata “Kok bisa ya kamu
mikir seperti itu? Hebat benar
kamu” (Sekalipunkalau disuruh
mempraktekkan ide ataupun
merealisasikan ide tersebut, pasti iaakan
dengan sangat, menolaknya..heheh)
Namun itu yang dibutuhkan Introvert. Kami
gak butuh banyak teman. Cukupsatu,
namun apabila orang tersebut menjadi
seseorang yang benar-benar mengertiapa
yang menjadi kebutuhan kami, dan tidak
menganggap kami aneh, maka
orangtersebut akan menjadi orang yang
sangat berharga bagi kami. Ini juga tips
bagiAnda yang memiliki pasangan
Introvert, sementara Anda adalah
Ekstrovert.Belajarlah untuk menghargai
kesendirian mereka dan pemikiran mereka,
sekalipunitu sepertinya aneh bagi Anda
yang Ekstrovert.
Oh iya, satu lagi. Kami Introvert memang
sering melakukan pekerjaan kamidengan
baik ketika sendirian. Jadi banyak teman
saya yang bisa salah mengerti sayadan
menganggap saya tidak mau ambil bagian
dalam kelompok. Padahal ketikakuliah,
kami diwajibkan untuk selalu bekerja
dalam kelompok. Ini sangatmerepotkan
buat saya. Apalagi saya cenderung tidak
bisa berkonsentrasi ketikabelajar dengan
orang lain. Saya hanya bisa berkonsentrasi
ketika saya belajarsendiri.
Namun akhirnya saya menemukan
caranya. (Ingat, belajar beradaptasi,
bukanberubah menjadi seperti orang lain).
Sebelum belajar kelompok,
sayamengasingkan diri terlebih dahulu dan
dan mempelajari sendiri materi yang
akandibahas. Baru setelah itu saya belajar
dengan kelompok saya. Walaupunujung-
ujungnya bukan belajar bersama, namun
saya yang akhirnya mengajari
anggotakelompok saya, krn saya sudah
mempelajrinya terlebih dahulu. Yah,
selama 4Tahun kuliah, 7 Kelompok yang
berbeda, saya selalu menjadi ketua
kelompok. Notbadlah. Jadi siapa bilang
Introverttidak bisa jadi pemimpin di
kalangan Ektrovert. hahahah
Buktinya pemimpin-pemimpin perubahan
dalam sejarah, Eleanor Roosevelt,Rosa
Parks, dan Gandhi , semua orang ini
digambarkan sebagai pendiam,berbicara
dengan pelan bahkan pemalu. Dan
walaupun demikian, mereka maju kedepan
banyak orang dengan setiap tulang dalam
tubuh mereka mencegah merekauntuk
bergerak lebih lagi. Theodor Geisel atau
lebih dikenal
dengan Dr.Seuss, memimpikan banyak
kreasi yang menakjubkan dalam sebuah
menaralonceng di kantornya. Dia
sebenarnya takut untuk bertemu anak-
anak yang membacabukunya, karena dia
tidak mau anak-anak yang mengharapkan
dia sebagai figurSanta Claus yang ceria
menjadi kecewa ketika tahu bahwa dia
pendiam. SteveWozniak, mendesain
komputer Apple generasi awal seorang diri
ketikadia duduk sendirian di rumahnya.
AlbertEinstein, Michael Jordan, J. K.
rowling, Bill gates, Steven spielberg
merupakan introvert. Mereka mampu
membuktikan bahwa dunia
jugamembutuhkan mereka. Jika Anda
senang dengan komik superhero, maka
hampir semua daripara superhero itu
bersifat Introvert. Memang, sifat Introvert
mereka menutupipotensi besar yang ada
dalam diri mereka. Saat tak dibutuhkan
mereka menjadiorang biasa, namun saat
keadaan genting, dan dibutuhkan, mereka
dapat melampauibatasan ke-Introvert-an
mereka dan berubah menjadi sosok yang
luar biasa.Wuhuuuu!!!
Nah, bukan berarti kita tidak berkolaborasi
dengan para Ekstrovert,karena biar
bagaimana pun, kita Introvert
membutuhkan Ekstrovert untuk
membawaide dan pemikiran luar biasa dan
gilang gemilang kita (narsis dikit) ke
dunialuar, dan itu hanya bisa dilakukan
oleh para Ekstrovert. Nah, bagi Anda
yangEkstrovert, saya mengajak Anda untuk
mengerti bahwa bagi sebagian orang
(Introvert), kesendirian adalah oksigen
yang mereka hirup.
Kami benar-benar dapat merasa
kesepian jika tidak ada orang
lainsebagai tempat sharing semua
‘penemuan-penemuan’ kami.
6. Introvertitu aneh dan Kutu Buku
Ok. Ini adalah mitos yang juga sering
beredar dan cukup menyakitkan!
Apabedanya dengan Anda, kaum Ekstrovert
yang memang leluasa dapat
berinteraksidengan banyak orang.
Membuat orang lain terkagum-kagum dan
menyukai Anda, namunsemua itu dilakukan
dengan mengorbankan diri Anda sendiri?
(lg kesel ceritanyani..heheh. Walaupun
memang tidak semua ekstrovert seperti
itu, namun sebuahsurvey menunjukkan
bahwa kebanyakan Ekstrovert sering
terpaksa mengorbankankepribadiannya
sendiri agar dapat diterima oleh orang
banyak)
Apa tidak aneh, di media sosial Anda sibuk
mengumbar semua perasaan
Anda,masalah Anda seolah2-olah Anda
saja yang memiliki masalah berat and the
whole world must know?? (Menurutsurvey
lainnya sih kebanyakan yang menulis
status galau di medsos
adalahEsktrovert..heheh)
Jadi definisi “Aneh” tergantung dari
persektif mana kita melihatnya.
Danseringkali kita melabel atau mencap
orang dengan kata “Aneh” hanya
karenamereka tidak sama dengan kita.
Seringkali kita mengkategorikan seseorang
‘Aneh’hanya karena ia tidak memiliki gaya
yang sama dengan kebanyakan orang.
Danseringkali kita men- judge
seseorangdengan kata ‘aneh’ hanya karena
kita tidak berusaha MELUANGKAN WAKTU
untukmencoba MENGERTI mereka!
Memang, kami Introvert sering merupakan
individualis. Kami tidakmengikuti
keramaian. Kami lebih suka orang lain
menilai cara pikir kami, dan
bukannyapenampilan kami. Karena itu
kami sering ‘menentang’ kebiasaan atau
norma-normayang ada. Kami tidak
membuat keputusan berdasarkan apa yang
sedang populer,namun apa yang kami
yakini benar.
Soal kutu buku, well..tidak semuanya
Introvert suka baca buku. Ada
yangmenghabiskan dengan game, ada
yang dengan menulis dll. Namun saya
pribadiadalah Book Freak and i’m proud of
it! Saya rela gak jajan, hanya supaya saya
bisa menabung untuk membeli buku.
Bahkanpemberian 1 buku yang menarik itu
lebih bernilai dibandingkan hadiah 10
bajuimpor dengan Brand yang terkenal dan
mahal.
Saya pecinta dan penggila buku, dan saya
memulai ‘kegilaan’ ini ketikasaya SMA,
sejak pertama kali saya membaca buku
“The Puzzle of Teenage Life”yang ditulis
oleh Grace Suryani. Dan sejak saat itu,
sampai hari ini, sayasudah menghabiskan
lebih dari 300 judul buku.
Seringkalikita melabel atau mencap
orang dengan kata “Aneh” hanya
karena mereka tidaksama dengan
kita. Dan seringkali kita men-
judge seseorang dengan kata ‘aneh’
hanya karena kita tidak berusaha
MELUANGKAN WAKTUuntuk mencoba
MENGERTI mereka!
Nah, dalam hal buku, memang ada
perbedaan yang signifikan bagi
merekayang Ektrovert dan Introvert.
Kebanyakan Ekstrovert menganggap
bukusebagai pengganjal pintu,
penahantumpukan kertas agar tidak
terbang ditiup angin, benda yang membuat
tas sekolahmenjadi sangat berat dan
kehilangan ke ‘cool’ an apabila di bawa
kesekolah.
Namun bagi kebanyakan Introvert, buku
adalah sumber kenyamanan,
sumberinspirasi, cara yang aman dan
murah untuk bepergian, berpetualang, dan
bertemudengan orang-orang yang menarik.
We seethings differently and we are unique
with that difference!
Saya tidak pernah marah ketika disebut
sebagai kutu buku. Bahkan dengankutu
buku saya itu, saya semasa kuliah dapat
menghasilkan uang tambahan dengan
membukakelas kecil, mengajarkan teman-
teman saya materi yang mereka tidak
mengertiketika diajarkan dosen hanya
karena saya senang membaca buku. Saya
banggadengan menjadi ‘kutu buku’ saya
memiliki banyak pengetahuan yang bisa
saya share untuk menolong dan
memberkatiorang lain. Justru dengan
menjadi kutu buku lah, maka saya bisa
menulis banyaknotes yang dapat
menginspirasi orang lain dan menuliskan 2
buku saya yangmendapat respon positif
dari banyak orang.
So, jangan berkecil hati kalau dikatakan
‘Kutu Buku’. Yang paling pentingadalah
bagaimana ke’kutu-buku’an tersebut dapat
dirasakan dan memberi manfaatbagi
banyak orang.
7. Introverttidak tahu bagaimana santai
dan have fun
Well, sekali lagi ini adalah soal perspektif.
Sama seperti untukbersantai atau liburan,
lebih enak ke gunung apa ke pantai?
Semuanya punya caratersendiri menikmati
hidup, bersantai dan having fun. Bagi
orang-orang yangsuka ke gunung, mereka
menganggap orang yang kepantai adalah
orang yangpemalas, tidak punya jiwa
petualangan. Sebaliknya, bagi mereka
yang suka kepantai, menurut mereka orang
yang berlibur atau having fun ke gunung itu
kurangkerjaan. Namanya santai ya santai,
bukan malah keluar tenaga buat naik
gunung.Namun tidak ada yang salah dan
tidak ada yang benar. Ini hanya soal
perspektif.
Sama seperti kami yang Introvert. Secara
alami, bersantai kami ya dirumah atau di
alam bebas, bukan di tempat-tempat
umum. Introverts make their own fun .
Kebanyakan introvert bukan
penggilasensasi atau pecandu Adrenalin.
Jika ada terlalu banyak keributan
danpercakapan, otak kami menjadi sama
seperti komputer yang sedang di-
shutdown.
Bagi kaum ekstrovert apabila senin-jumat
lelah bekerja pasti weekend
digunakanuntuk jalan-jalanlah atau
sekedar berkumpul bersama teman. Tapi
sebaliknya bagiintrovert, apabila senin-
jumat lelah bekerja pasti weekend ya tidur
di rumah.Saya sendiri mempunya tempat
favorit untuk bersantai dan having fun,
yaitu diGRAMEDIA! Ya, GRA..ME..DI..A.
hahaha..
Secara alami,bersantai kami
(Introvert) ya di rumah atau di alam
bebas, bukan ditempat-tempat
umum. Introverts make theirown fun.
Saya bisa menghabiskan waktu di
Gramedia dari sejak Gramedia buka
(sekitar jam 10 pagi) sampai Gramedia
tutup (Sekitar jam 10 malam).
Semuakoleksi buku seolah memberikan
saya kekuatan untuk tetap berada di
dalamnya.Sama seperti wanita yang tidak
mengenal waktu apabila berada dalam toko
sepatuatau tas. Hehe
Bagi saya, kalau saya stress, atau ingin
having fun, saya pergi keGramed. Bukan
berarti saya tidak suka liburan ke luar
kota, menikmatipemandangan alam dll.
Saya suka. Kalau diajak, dan waktunya
cocok, saya mauikut. Namun itu bukanlah
tempat yang favorit bagi saya pribadi.
Agak repotnya kalau saya lagi ke Mall
dengan pasangan saya. Dia sukakeliling
keluar masuk toko dan hanya sekedar cuci
mata. Buat saya itu sangatmelelahkan dan
menyolok mata..wkwk.. Namun akhirnya
kita menemukan jalankeluarnya. Kita
berusaha untuk berbelanja atau cuci mata
di Mall yang adaGramedianya. Pertama-
tama saya menemani dia melihat-lihat
sampai puas, barusetelah itu, ia menemani
saya cuci mata di Gramedia. Win-win
solution! (Makanyasaya sangat stress
dengan Mall yang tidak ada Gramedia atau
toko bukunya.. Mallmacam apa itu?? Haha)
8. Introvertsusah mendapatkan pasangan
Well, untuk yang ini, tidak bisa dikatakan
100% salah, namun juga tidak bisa
dikatakan 100%benar. Tergantung dari
situasi, lingkungan dan kepribadian orang
tersebut juga.Memang dalam hal hubungan
pria dan wanita, seorang ekstrovert
memilikikeuntungan tersendiri. Berkenalan
dengan lawan jenis (approach ) atau
meminta no HP bukan perkara yang sulit
bagi mereka.Namun dalam hal dating
biasanyamereka memiliki kesulitan. Tipe
ekstrovert biasanya lebih sulit untuk
membinasuatu hubungan personal yang
lebih dalam dengan seseorang.
Sedangkan Introvert cenderung lebih sulit
melakukan approach , tetapi dalam hal
dating,bisa dikatakan kami lebih unggul
karena kami biasanya bisa membuat
suatuhubungan personal yang lebih dalam.
Di sinilah keunggulan seorang
introvert.Ketika berinteraksi dengan
seorang introvert arah pembicaraan akan
lebih dalam,berbeda dengan ekstrovert
yang lebih general.
Memang, akibat karakteristik kami yang
introvert ini (khususnya yangpria) maka
timbul persepsi bahwa pria introvert itu
pria yang tidak asik dijadikanpasangan.
Ada anggapan bahwa pria introvert itu
bosenin, gak gaul, dan tidakkomunikatif.
Padahal tidak juga. Memang kami,
Introvert mungkin saja tidak
dapatmemberikan kesan yang sangat
ekspresif dan menyenangkan (khususnya
ketika barupertama kali bertemu/kenalan)
dan bahkan mungkin unforgetable seperti
yangdilakukan oleh pria ekstrovert.
Mungkin saja memang untuk Introvert
lebihdibutuhkan usaha yang lebih untuk
dapat berkenalan dengan seorang wanita
danmampu menarik perhatian mereka di
awal. Namun apabila mereka mengenali
kamidengan lebih jauh, maka mereka akan
menemukan hal-hal yang menarik dalam
dirikami. Survey menunjukkan bahwa
hampir sebagian besar pria Introvert
adalah priayang romantis dan setia.
Beda halnya dengan wanita Introvert,
mungkin mereka tidak perlu effortyang
terlalu besar, karena terkadang justru pria
tertarik dengan wanita yangIntrovert,
karena penasaran dengan diri mereka.
Surveymenunjukkan bahwa hampir
sebagian besar pria Introvert adalah
pria yangromantis dan setia.
9. Introvertbisa memperbaiki diri dan
dapat/harus mengubah diri mereka
menjadi Ekstrovert
Ini adalah mitos terakhir yang ingin saya
bahas dan yang paling krusial.Kebanyakan
orang memiliki keyakinan akan mitos ini
bahwa Introvert harusdiperbaiki. Kalau
harus diperbaiki, berarti ada yang rusak.
Pertanyaannya apayang rusak dengan
Introvert sehingga harus diperbaiki? Apa
yang salah dengan menjadiIntrovert?
Haruskah seekor burung Onta dipaksa
harus bisa terbang seperti burungElang
hanya karena mereka sama-sama dari
keluarga Burung? Haruskah ikan airtawar
dipaksa untuk bisa berenang di air asin
hanya karena kebanyakan ikanberada di
air asin? Haruskah burung nuri atau burung
pipit dipaksa harus bisaberenang hanya
karena mereka adalah keluarga unggas
sama seperti pinguin?
Kita memiliki keyakinan dan kepercayaan
yang sangat salah, bahwa
yangmayoritaslah yang paling benar.
Hanya karena 75% penduduk bumi adalah
Ekstrovert, maka ini menjadikan Anda
berhak menyatakan bahwa ada sesuatu
yang salahdan rusak dengan Introvert?
Mari coba dipikirkan sejenak.
Introvert tidak dapat ‘diperbaiki’ karena
tidak ada yang salah denganmenjadi
Introvert. Dunia tanpa Introvertsama saja
dengan dunia di mana terdapat sangat
sedikit ilmuwan, musisi,seniman, pembuat
film, dokter, ahli matematika, penulis dan
filsuf. Mereka layakmendapatkan rasa
hormat terhadap temperamen mereka dan
kontribusi mereka bagiumat manusia.
Anda bisa melatih seseorang Introvert
untuk tidak lagi menjadi pemalu, namundia
akan tetaplah orang yang pendiam dan
lebih suka menyendiri.
Marti Laney. Psy. D dalam bukunya yang
berjudul "The Introvert Advantage (How to
Thrive in a Extrovert World)
menjelaskanbahwa introvert adalah orang
yang sangat sensitif terhadap hormon
dopamine, sehingga terlalu
banyakrangsangan eksternal melelahkan
mereka. Sebaliknya, ekstrovert seolah
selalukekurangan hormon dopamine dan
mereka membutuhkan adrenalin agar otak
merekamenciptakan dopamine. Ekstrovert
juga memiliki jalur yang lebih pendek
danaliran darah yang lebih sedikit di otak.
Pesan-pesan dari sistem saraf
seorangekstrovert sebagian besar
memotong area broca pada lobus frontal,
tempat dimanasebagian besar kontemplasi
terjadi.
Introverttidak dapat ‘diperbaiki’
karena tidak ada yang salah dengan
menjadiIntrovert.
Sederhananya adalah otak orang introvert
memiliki kandungan dopamineberlebih
sehingga sedikit saja ransangan sudah
membuat mereka merasa nyaman
danbahagia. Sedangkan ekstrovert
cenderung mencari kegiatan yang dapat
memacuadrenalin dan menciptaka
dopamine agar mereka merasa bahagia.
Inilah yangmenyebabkan mengapa hanya
dengan berdiam diri sepanjang hari di
dalam kamarditemani novel kesayangan si
introvert sudah dapat merasakan
kenyamanan dankebahagiaan. Sementara
ekstrovert merasa sangat bahagia ketika
berada di ataspanggung, menjadi pusat
perhatian dan mendapat banyak pujian.
Jalur peredaran darah pada otak keduanya
juga berbeda. Suatu studimengatakan
bahwa peredaran darah pada introvert
banyak terjadi di lobus frontaldi daerah
yang bertugas mengatur pemrosesan
internal seperti perenungan danbanyak
terkait dalam proses perencanaan dan
pemecahan masalah. Sedangkanperedaran
darah ekstrovert banyak mengalir pada
lobus temporal dan posteriorthalamus
yang banyak berurusan dengan masalah
indera dan emosi.
So, this is something buildinside of us and
by the way, God creates us, and He
decides to make us likethis. Ketika Anda
mengira bahwa adayang salah dengan
kami, Introvert, dan harus diperbaiki, maka
secara tidaklangsung Anda menyatakan
bahwa ada yang salah dengan Tuhan yang
menciptakankami, karena Ia menciptakan
sesuatu yang tidak sempurna.
Kalau memang boleh memilih, mungkin
kami juga ingin menjadi Ekstrovertseperti
Anda, seperti kebanyakan orang. Kalau
kami bisa request kepada Tuhan,kami juga
ingin dilahirkan dengan kepribadian
Ekstrovert. Namun kami tidak
bisamemilih. Dan saya pribadi pun tidak
menyesali apa yang sudah Tuhan
taruhkandalam hidup saya. I accept it, i
embrace it and glad in it!
Mungkin saja kalau saya bukan Introvert,
maka tidak ada tulisan-
tulisanmenginspiratif yang selama ini saya
hasilkan. Mungkin saja kalau saya
bukanIntrovert, tidak akan ada pemikiran-
pemikiran, ide-ide cemerlang,pewahyuan-
pewahyuan yang akan saya terima. Yes.
I’m Introvert and i’m proud ofit, karena
saya tahu bahwa Tuhan memberikan saya
yang terbaik dari apa yangsaya butuhkan.
If He creates me to becomean Introvert, so
be it. This is the perfect fit for me and i
will become thebest Introvert i can be to
bless others.
So guys, if you’re anIntrovert, don’t be
sad. Don’t be discourage. Be proud of it.
Saran untuk para Introvert
Pertama , Kepada teman-teman yang juga
Introvert, saya mengerti apa yang
sebagianbesar kalian rasakan. Dari
pengalaman saya dan hasil observasi,
saya menemukanbahwa orang yang
introvert memiliki beban ganda. Terkadang
dia membenci dirinyasendiri saat merasa
diri berbeda dari sekelilingnya dan
terkadang dia dibenciorang lain karena dia
tidak sama dengan kebanyakan orang
disekelilingnya. Danini pun saya rasakan
sebelumnya, seperti yang saya ceritakan
di awal.
Selainoleh orangtua sendiri, tekanan juga
dapat muncul dari orang-orang dekat
sepertisaudara, kerabat, teman, serta guru
di sekolah. Hingga saat ini,
metodependidikan di institusi pendidikan
pun lebih memihak kepada orang-orang
extrovert;dengan besarnya penekanan dan
penilaian terhadap partisipasi aktif di
kelas.Meskipun anak-anak introvert juga
dapat memperoleh manfaat
denganberpartisipasi aktif di kelas, metode
ini tidak memaksimalkan potensi
alamiahmereka, yang cenderung
membutuhkan waktu lebih lama untuk
berpikir dan lebihcakap dalam komunikasi
non-verbal. Hal ini membuat mereka
terlibat dalampersaingan yang tidak
seimbang dengan orang-orang extrovert.
Tuntutandari lingkungan untuk mengubah
orang-orang introvert..

2 komentar:

  1. Bagus sekali mbak, ini juga sangat memotivasi bagi diri saya.

    Salam kenal

    BalasHapus
  2. Ini saya copas note tmn..smoga memberkati

    BalasHapus