Pages

Translate

Kamis, 07 Februari 2019

Mengenal Allah dan Firman-Nya

Apa yang Anda lakukan ketika melihat seorang anak yang sedang sakit demam makan es krim? Bagaimana respons Anda ketika tersesat, dan tidak ada yang memberitahukan petunjuk jalan yang benar? Dalam Yakobus 4:17 tertulis,  ”Jadi jika seorang tahu bagaimana ia harus berbuat baik, tetapi ia tidak melakukannya, ia berdosa.”

Dalam peristiwa sehari-hari, seorang dokter yang baik akan memberitahu kondisi yang salah kepada pasiennya dan memberi resep obat agar kondisi pasien membaik. Entah sebagai dokter atau profesi lain, sebaiknya kita juga membimbing orang lain dari jalan yang salah menuju jalan yang benar. Kita bisa memulainya dengan menunjukkan kesalahan seseorang dengan lembut, dan mengarahkannya kepada Yesus. Ini merupakan tugas kita sebagai anggota tubuh Kristus, karena satu bagian tubuh yang sakit memengaruhi seluruh tubuh.

Tozer dalam buku Mengasihi Yang Mahakudus menolong para pembaca untuk memulihkan persepsi mereka tentang Allah. Pada masa kini ada banyak khotbah mengenai cara menjadi orang yang baik dan pandai bergaul. Namun, pengajaran akan kesempurnaan, karakter dan sifat Allah terasa sangat kurang. Akibatnya, kerinduan akan Allah pun memudar.

Orang percaya sewajarnya berfokus pada kesempurnaan Allah, berjuang untuk mengenal Allah melalui firman-Nya dan mengikuti-Nya, bukan pada hal-hal remeh lainnya. Melalui buku ini, Tozer berharap akan ada kebangkitan kobaran api Roh Kudus dan kemuliaan Allah makin dinyatakan dalam diri orang beriman.

Sang Pencipta tak dapat disamakan dengan ciptaan (Yes. 40:25). Pengetahuan manusia sangat terbatas, sedangkan Allah tak terbatas. Jadi, kita tak mungkin mengerti semua tentang Allah, melainkan hanya segelintir saja. Sering kali kita menilai Allah berdasarkan pemikiran kita yang sarat keterbatasan. Allah yang mengasihi, kita definisikan tidak membenci, padahal Dia membenci dosa. Allah itu kekal, sifat-sifat-Nya tak terpisahkan karena merupakan satu kesatuan, bukan bagian-bagian.

Kesempurnaan Allah bersifat tetap, tidak berdasarkan perubahan perasaan kita. Yesus adalah satu-satunya jalan menuju kesempurnaan (Yoh. 14:6). Jika kita rindu mengenal Allah, kita harus menerima Kristus sebagai Tuhan dan Juru Selamat secara pribadi. Ada harga yang harus dibayar untuk bertumbuh, semua akan menjadi begitu berbeda saat kita berjumpa dengan Allah di gunung kudus-Nya. Kedahsyatan dan kemuliaan-Nya memampukan kita untuk bertumbuh.

Allah melampaui segala definisi dan ilustrasi. Semakin kita memahami keagungan dan kesempurnaan Allah, semakin kita kagum dan hormat akan Sang Khalik. Ibadah kita bertumbuh sejalan dengan bertumbuhnya pengenalan dan persepsi kita tentang Allah.

Kiranya kita terus rindu untuk mengenal Sang Pencipta, melihat kemuliaan Allah dan merenungkan keajaiban firman-Nya dalam setiap aspek hidup kita.

Priskila Dewi S.


Rabu, 16 Januari 2019

Mengikhlaskan

Entah kenapa aku merasa Tuhan ingin aku belajar mengikhlaskan.
Saat aku sudah membulatkan tekad buat ikutan travelling ke bogor, malah kuotanya udah penuh.
Di situ gue sedih.
I love travelling so much....
Beberapa hari kemudian, mau ikutan suatu trip, eh tiket keretanya juga udah habis, adanya yang mahal banget.
Sedih lagi.
Belum juga baju dan celana jeans ku hilang diambil anak kost beberapa bulan lalu.
Hm...seakan semuanya beruntun.
Lalu gue kaget sebab tiba-tiba ada seorang lelaki tak dikenal malah ngajakin piknik ke puncak.
😨
Gue emang suka travelling, tapi ya nggak sama sembarangan orang, biasanya sama sahabat atau temen. So, gue tolak ajakan itu.
Dari situ gue belajar bahwa nggak semua yang kita inginkan itu bisa kita capai. Ada hal-hal mengecewakan yang terjadi dan membuat semua rencana kita berantakan. Kadang ada juga penawaran yang mengejutkan. Tapi, ada hikmah Sang Khalik yang menjadikan kita lebih kuat dan tahu jalan mana yang harus dipilih.
@30haribercerita #30hbc1914 #30hbc19 #30haribercerita


Senin, 14 Januari 2019

Diajak foto sesama alumni SOH

Habis kondangan adat Batak, aku meluncur ke seminar.
Seminarnya bagus sekali.
Over time sedikit, tapi nggak kerasa.
Ketemu temen dan amang-amang yang juga merupakan alumni SOH.
Terus diajak foto bersama sesama alumni SOH.
🤗 Tetap semangat.
@30haribercerita #30hbc1913 #30hbc19 #30haribercerita


Bagaimana jika...

Hari ini aku menghadiri kondangan dan seminar.
Dari barat ke timur ke barat lagi.
😅
Baterai hp ku habis saat pulang seminar.
Bagaimana jika aku nggak ketemu temenku di seminar?
Nggak bisa ke halte busway.
Nggak bisa pulang.
Menunggu belas kasihan orang tak dikenal.
Bagaimana jika habisnya saat mau berangkat?
Nggak bisa dateng seminar deh.padahal keren banget seminarnya.
Awalnya sempat kesal kok pake mati segala.
Tapi kemudian berubah....karena memikirkan bagaimana jika....
Bersyukur matinya pas pulang.
Bersyukur juga Tuhan mempertemukanku dengan temanku di seminar jadi bisa pulang, dipesenin ojek online ke halte.
😁
@30haribercerita #30haribercerita #30hbc19 #30hbc1912


Isi perut dan isi jiwa

Sarapan pagi ini 2 buah pisang dan segelas susu sereal.
Kalau kita tidak makan, pasti kita lapar.
Setelah makan, kita kenyang dan punya tenaga untuk beraktivitas.
Bayangkan jika kita nggak makan dan minum 60 hari. Pasti mati.
Lantas apa hanya perut aja yang perlu dikasih makan?
Bagaimana dengan jiwa kita?
Sudahkah dikasih makan juga? Atau tak masalah, asal perut kenyang?
Jiwa kita juga memerlukan asupan energi yaitu relasi dengan Sang Pencipta.
Kalau fisik kita kenyangkan, seharusnya jiwa juga kita perhatikan.
@30haribercerita #30haribercerita #30hbc19 #30hbc1911


Kamis, 10 Januari 2019

Measurement according to God's Will

 This is from Fuse...

Several measurements u guys might want to consider for 2019 on top of your current success metric this year such as how many more vacay/career progression/etc - there's more such as:

- How often times do you sit down and pray or pray together with family members/partner/friends?

- How many times are u home out spending time with friends/families about their dream or fears?

- How many times are you able to be thankful despite the difficult situation u are in?

- How often times when you feel there is no way but God revealed something beyond ur imagination?

- How many more times do you get to reconcile and forgive? Or let go peacefully?

- List can go on as we recalibrate our measurement according to His will.


Keretakan diubah menjadi keindahan

Pertama kali ikut komunitas ini tu karena penasaran, ada 1 seminar DMM yang diikuti puluhan anak Fuse.
Iseng dateng sendirian. Lama kelamaan, aku menyadari komunitas ini membangun dan positif.
Ada beberapa orang yang ceritain masalah pribadi di forum yang cukup banyak orangnya ini.
Beberapa kisah membuatku terkejut.
Honestly, as an introvert, I never tell about my personal problem to public.
Maybe just in private room, 2 or 3 friends.
Tapi aku belajar dari Fuse kalau nggak ada manusia yang sempurna.
Salut juga atas kejujuran beberapa dari mereka, nggak takut dipandang gimana2. Dan emang nggak ada yang menjauh juga, tetap berteman.
Jadi, menurutku sih kita tu jadi diri sendiri aja, nggak perlu pura-pura pakai topeng. Dan terbuka pada orang-orang yang tepat yang bisa dipercaya.

Ya, hidup di masa kini, bukan berdasarkan masa lalu.
Orang-orang yang tepat akan menerima kita apa adanya, tapi orang-orang yang nggak tepat mungkin akan menjauh, it's ok.
Meski punya komunitas yang keren, tapi tetap yang paling keren adalah Sang Pencipta.
Kadang kita menjauh, tapi Tuhan tetap dekat sama kita.
Bahkan luka dan segala ketidaksempurnaan itu bisa dipakai Tuhan untuk membangun dan menyemangati orang lain.
Kayak gelas di Jepang yang retak, tapi keretakan itu malah menjadi nilai tambah keindahan bagi gelas.
Diproses jadi lebih indah justru dalam kerapuhan. Itulah salah satu kebaikan Sang Pencipta.

@30haribercerita #30haribercerita #30hbc19 #30hbc1910