Pages

Translate

Selasa, 13 September 2016

5 Dampak Negatif Jika Membiasakan Anak Tidur Satu Ranjang Bersama Orangtua

5 Dampak Negatif Jika Membiasakan Anak Tidur Satu Ranjang Bersama Orangtua
http://www.glitzmedia.co/post/5-dampak-negatif-jika-membiasakan-anak-tidur-satu-ranjang-bersama-orangtua


Membiasakan anak untuk tidur bersama orangtua hingga menginjak usia remaja, ternyata akan memberikan dampak negatif berikut ini.
Saat anak-anak berusia 0-2 tahun, mereka masih membutuhkan pengawasan yang ketat ketika tidur. Alasannya masuk akal, agar kondisi anak senantiasa aman, mudah ditangani ketika butuh bantuan, mendiamkannya saat menangis, hingga menghindari anak terjatuh dari tempat tidurnya. Ketika anak sudah menginjak usia lebih dari 3 tahun di mana mereka sudah dilatih untuk mandiri, sebaiknya mulai biasakan mereka untuk tidur di kamarnya sendiri secara terpisah dari orangtua.
(BACA JUGA: 7 Cara Yang Bisa Dilakukan Untuk Menghindari Anak Terjatuh Dari Tempat Tidur)
Menurut survei yang dilakukan oleh Parenting’s MomConnection, sebesar 45% ibu membiarkan anaknya yang sudah berusia 8-12 tahun untuk tetap tidur satu ranjang bersama orangtua. Bukan bermaksud mengurangi koneksivitas antara Anda dan anak, tetapi membiasakanlah buah hati tidur sendiri untuk memberikan manfaat positif untuknya kelak.
Tak hanya itu, jika Anda membiasakan diri tidur satu ranjang dengan anak, maka beberapa dampak negatif berikut ini sangat mungkin mereka alami.
(BACA JUGA: Petunjuk Penting Membuat Kamar Tidur Anak Selalu Aman dan Nyaman)
Anak Menjadi Tidak Mandiri
Anak yang terbiasa tidur bersama orangtua cenderung tumbuh menjadi pribadi yang manja. Mereka tidak dapat mengatasi rasa takut dan cemasnya seorang diri, sehingga ia menjadi sangat bergantung pada Anda orangtuanya, terutama di malam tiba. Jika dibiarkan anak tidak mandiri mengurus dirinya sendiri dan ini bisa terbawa sampai usia anak menginjak remaja. “The impact of chronic co-sleeping on a person’s functioning—younger and older—can run the gamut from increased dependency and anxiety to memory loss, fatigue, low energy, depression, and obesity,” tulis sebuah jurnal Canadian Pediatric Society.
(BACA JUGA: Kiat Sukses Mengajarkan Anak Tidur di Kamarnya Sendiri—Termasuk Mengusir Rasa Takut)
Tidak Memiliki Privasi
Bertambahnya usia anak, mereka akan tumbuh dengan pemikiran dan masalahnya sendiri. Jika Glitzy Mom tidak melatihnya untuk tidur sendiri secara terpisah, maka secara tidak langsung mereka akan kehilangan privasinya. Kamar yang seharusnya menjadi area pribadi anak untuk mencurahkan segala isi pemikiran dan perasaannya, kini menjadi sangat terbatas baginya. Alhasil, anak akan menjadi tertekan dan depresi, karena memilih diam serta menyembunyikan masalahnya di hadapan orangtua. “It is true that children today have higher levels of anxiety than previous generations,” tambah jurnal tersebut.
Hubungan Suami Istri Merenggang
Tidak hanya anak yang akan kehilangan privasi, orangtua pun demikian. Anda tidak akan memiliki waktu berdua dengan suami untuk berdiskusi ataupun melakukan hubungan intim. Buruknya, jika ada permasalahan antara orangtua, anak dapat mendengarnya dan menambah lebar masalah yang ada. Hal ini membuat pikiran anak tidak sehat. Bahkan, dalam penelitian tersebut dijelaskan bahwa alasan perceraian bisa terjadi karena faktor ini. “Reasons for this include higher divorce rates, frequent transitions, more over scheduling, greater academic pressures.”
Kenyamanan Tidur Terganggu
Selain membatasi privasi, membiasakan tidur bersama anak akan membuat kualitas istirahat menjadi terganggu. Hal ini disebabkan kapasitas kasur tidak dapat memenuhi standarnya. Anda dan anak pun akan mudah terbangun saat malam hari, karena merasa terlalu sempit, berdesakan, dan berisik. Tak menutup kemungkinan orangtua dan anak menderita sakit punggung atau nyeri pada tubuhnya akibat salah tidur.
(BACA JUGA: Langkah Tepat Memilih dan Mendapatkan Kasur Tidur Yang Sehat)
Gangguan Kesehatan
Tidur bersama anak akan memudahkan mereka cepat terkena virus menular saat Anda atau suami sedang menderita sakit, seperti flu dan batuk. Perputaran bakteri sangat mudah menempel di dalam ruangan dan menular begitu saja dalam waktu singkat. Menurut studi yang dituliskan dalam The American Academy of Pediatrics, tidur bersama balita pun terbilang cukup berbahaya. Dalam kasus yang serius, sang anak akan mengalami kematian, baik karena kekurangan oksigen dalam satu ruangan atau tertindih saat malam hari secara tidak sengaja.
“Co-sleeping with babies increases the chances of Sudden Infant Death Syndrome (SIDS), which is the leading cause of death for children aged one month to one year old.”
(BACA JUGA: Bayi Berusia 11 Minggu Meninggal Sesak Napas Saat Tidur Bersama Orangtua dan Kakaknya)
(Elizabeth Puspa, Image: Berbagai Sumber)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar