Pages

Translate

Senin, 25 Juli 2016

Ketika kita kehilangan (warungsatekamu)

http://www.warungsatekamu.org/2016/07/ketika-kita-kehilangan-satu-hal-inilah-yang-membuat-kita-bertahan/

Oleh Novi Kurniadi
Hidup itu seperti uap, yang sebentar ada kemudian tiada. Gambaran yang diberikan firman Tuhan tentang hidup manusia yang singkat ini sangat tepat (lihat Yakobus 4:14). Beberapa orang menjadi tua, mereka akan segera tiada. Entah beberapa bulan lagi atau beberapa tahun lagi. Beberapa orang masih muda, namun siapa yang tahu sampai kapan mereka hidup? Suatu hari nanti, cepat atau lambat, kita akan kehilangan mereka satu per satu. Sebaliknya, sangat mungkin juga merekalah yang nantinya kehilangan kita, entah kapan.
Alkitab mencatat kesedihan yang sangat dalam dari seorang ayah yang kehilangan anaknya. Yakub, berduka sedemikian dalamnya ketika Yusuf, putra yang dikasihinya diduga telah meninggal dunia. Ia bahkan tidak mau dihibur dan berkata, “Tidak! Aku akan berkabung, sampai aku turun mendapatkan anakku, ke dalam dunia orang mati!” (Kejadian 37:35).
Meski tidak ada keterangan tentang bagaimana perasaan Yusuf, anak yang diduga sudah meninggal itu, saya pikir Yusuf pun tak kalah terpukul dan sedih. Ia dijual oleh saudara-saudaranya sendiri kepada orang yang tidak ia kenal. Ia dibawa pergi ke negeri asing, sendirian tanpa pengalaman, dan diperlakukan sebagai budak. Mungkin setiap hari ia merindukan keluarganya, terutama sang ayah yang sangat mengasihinya, dan hanya bisa menangis diam-diam. Tidak ada seorang pun yang bisa mengerti perasaannya, seorang teman pun tidak ada di sampingnya.
Di tengah situasi yang menyedihkan itu, Alkitab mencatat: Tetapi TUHAN menyertai Yusuf (Kejadian 39:2). Dan, itu cukup.
Penyertaan Tuhan membuat Yusuf selalu berhasil dalam pekerjaannya. Ia mendapat kasih tuannya dan diberi kuasa atas rumah dan segala milik tuannya itu. Sekalipun Yusuf telah kehilangan segalanya, ia tahu bahwa Tuhan tidak meninggalkannya. Saya pikir itulah sebabnya Yusuf bekerja dengan penuh tanggung jawab, dan berani berkata tidak ketika datang godaan untuk berbuat jahat (Kejadian 39:8-9). Ketika kemudian Yusuf harus menghadapi masalah dan kembali kehilangan segala yang baik, lagi-lagi, Alkitab mencatat: Tetapi TUHAN menyertai Yusuf (Kejadian 39:21).
Mungkin sekali semangat Yusuf sempat pasang surut berkali-kali. Dari anak keluarga berada menjadi budak. Dari manajer kepercayaan menjadi narapidana. Namun penyertaan Tuhan menjadi sumber kekuatannya. Yusuf tidak membiarkan rasa kehilangan (orang terkasih, posisi, pekerjaan) melumpuhkan hidupnya. Ia tetap menjadi orang yang dapat dipercaya di mana pun ia berada (Kejadian 39:22). Ia mengandalkan Tuhan sebagai sumber hikmatnya dalam bekerja.
Tetapi Tuhan menyertai _____________ (isi dengan nama kita masing-masing).
Apakah kita menyadari kehadiran-Nya?
Apakah kehadiran-Nya membuat kita menjalani hidup dengan cara yang berbeda?
Masing-masing kita mungkin punya kisah kehilangan yang berbeda. Tetapi TUHAN menyertai Yusuf. Tetapi TUHAN menyertai saya. Tetapi TUHAN menyertai kamu. Sebab itu, kehilangan tidak perlu melumpuhkan hidup kita. Seperti Yusuf, kita bisa terus melangkah maju, mengerjakan apa yang dipercayakan ke tangan kita dengan giat dan penuh tanggung jawab. Pada waktu yang ditentukan Tuhan, Yusuf diangkat sebagai penguasa Mesir dan menyelamatkan keluarga dan bangsanya dari kelaparan (Kejadian 41-42). Pada waktu yang ditentukan-Nya pula, kita akan menyaksikan bagaimana Tuhan menyatakan karya-Nya yang mulia melalui kehilangan yang kita alami.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar