Pages

Translate

Kamis, 31 Agustus 2017

Resensi Merawat Kehidupan oleh ku



Merawat Kehidupan: Perjuangan Tak Henti Meraih Sukacita
Penulis: Susan S. Phillips
Penerbit: Literatur Perkantas
Ukuran: 15x 23 cm
Cetakan: I, tahun 2017
Tebal: 241 halaman

“Mari kita membuka mata kita,” kata Susan S. Phillips beberapa menit setelah para peserta retret memejamkan mata dan membuka tangan kanan ke atas. Saya merasa canggung saat menutup mata cukup lama dalam suasana hening, namun senang saat membuka mata dan menemukan permen kecil dalam tangan saya. Cara Susan memimpin retret The Cultivated Life pada 21-22 Juni 2017 ini berbeda dari retret-retret lain karena diselingi dengan beberapa praktik. Buku Merawat Kehidupan (terjemahan karya Susan S. Phillips The Cultivated Life dalam bahasa Indonesia) membuat kita belajar mengenai berbagai macam disiplin unik yang sering terlupakan dalam kehidupan sehari-hari: mendengarkan secara kontemplatif, memelihara hari Sabat, lectio divina, dan bimbingan rohani. Pada era modern ini tuntutan pekerjaan dan kecanggihan teknologi mengganggu perhatian dan relasi.
Sirkus (hiruk pikuk dan kemunafikan) sering kali mendominasi kehidupan sehingga irama taman kabur. Allah adalah Sang Pemelihara Jiwa. Tuhan merawat hidup kita seperti taman. Disiplin rohani menumbuhkan kasih kita kepada Allah, diri sendiri, dan orang lain. Buku ini mengingatkan kita untuk meninggalkan sirkus, mengarahkan diri kepada Tuhan dan diri sendiri yang terdalam serta orang lain. Susan berharap pembaca dapat mengalami pembentukan oleh anugerah Allah yaitu taman yang diairi (Yes. 58: 11) dan ranting yang melekat pada pokok anggur (Yoh. 15: 1) melalui retret dan bukunya. Bak spons menyerap air dalam wadah, anugerah Allah mengisi hidup kita sehingga Tuhan menopang hidup kita senantiasa.
Sabat adalah hari perhentian. Berhenti secara teratur dan beristirahat, menata ulang energi dan otak untuk berfokus pada hal yang penting. Sabat menyadarkan kita bahwa dunia ini adalah milik Allah, bukan milik kita. Sabat merupakan tanda perjanjian, waktu kudus untuk mengingat janji kesetiaan Allah. Memelihara Sabat membutuhkan disiplin dan kemauan untuk membuka diri serta hati kepada Tuhan dan sesama.
Mendengarkan sama dengan menerima anugerah Allah dengan hati terbuka. Mendengarkan juga merupakan wujud doa pribadi dan berbagi dengan orang lain. Berseru, terbuka, dan menerima merupakan relasi hati yang mengacu pada perawatan kehidupan manusia sehingga kita dapat menjadi pohon berjalan. Peserta retret merasa sulit untuk diam mendengarkan lawan bicara tanpa menyela dengan pertanyaan. Meskipun aneh, namun hal ini menolong kita untuk belajar menanti dengan sabar.
Firman Tuhan takkan pernah sia-sia, tetapi berhasil melaksanakan kehendak-Nya (Yes. 55: 10-11). Ayat-ayat Alkitab dapat dihayati dalam nyanyian dan lectio divina (renungan dan doa sesuai firman Tuhan). Relasi kita dengan Allah dan orang lain memerlukan waktu dan usaha yang teratur untuk perawatan rohani.
Susan meminta peserta retret memejamkan mata dan membuka tangan kanan ke atas beberapa menit dalam retret The Cultivated Life. Lalu beliau membagikan satu objek kecil ke masing-masing peserta satu per satu. Ada perasaan takut, aneh, tidak sabar ingin segera membuka mata, penasaran, dan takut terlewati yang berkecamuk dalam benak para peserta. Hal ini merujuk pada Mzm. 46: 10 "Diamlah dan ketahuilah, bahwa Akulah Allah! Aku ditinggikan di antara bangsa-bangsa, ditinggikan di bumi!" Seringkali kita sulit untuk membuka hati dan merasa canggung seperti praktik membuka tangan ini, rasa tidak nyaman untuk menerima dan memupuk ikatan dengan Allah bergejolak dalam hati kita. Disiplin rohani memerlukan komitmen dan kesetiaan, pikiran diarahkan untuk apa dan siapa.
Pembimbing rohani menjadi gembala penolong/ perawat taman yang menemani kita dalam perjalanan iman dan mengarahkan diri pada karya Allah. Bimbingan rohani termasuk anugerah Tuhan yang teratur, bukan hanya pada satu musim saja. Pendengar rohani ini memberikan perhatian penuh kasih dan bimbingan supaya murid dapat mendengarkan Allah dan diri sendiri.
Pada akhir hidup kasih dan relasi menjadi bagian terpenting. Persahabatan termasuk kedekatan emosi yang memerlukan perhatian dan waktu melalui keterbukaan dan komunikasi penuh empati. Hubungan ini memperkaya hidup, membangun karakter, mengubah komunitas dan dunia. Sahabat menolong untuk mengerti isi hati dan menjadi diri yang dibentuk Allah, penuh buah Roh, dan sukacita. Akhir kata, buku Merawat Kehidupan sangat bermanfaat untuk dibaca oleh segala usia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar