Hai tman2..ini postingan pertama tahun 2015..
Aku sempat sedih karena anggota keluargaku ada yg sakit paru-paru. Kronis..aku sempat nggak nafsu makan,baca maupun nulis..nulis buat majalah aja ketika itu beberapa udah kuselesaikan di luar kota pas liburan..
kurang kirim 1 artikel aja bisa sampai 6 hari..biasanya 1 hari..rasanya tu males nulis tapi nggak mungkin krn tanggung jawab sbg redaksi hrs diselesaikan..
Puji Tuhan akhirnya selesai sebab deadline diundur,tmen-tmen redaksi juga pada sibuk n blum sempat kirim..baru aku dan 1 tmenku yg udah post beberapa artikel..
Bersyukur Tuhan menguatkanku dan keluargaku..sahabat2 juga menyemangati n mendoakan..thank you for praying for us.,keadaannya sudah mulai membaik,tidak d ICU tp rawat jalan..
Nih aku post dr note fb ku hati..
Terkadang hati terasa berat...
sulit menjelaskan...seringkali lelah..
malas bercerita pada orang2...
diberitahu jg tidak paham...
jadi tidak ada inspirasi buat ngejar deadline tulisan..
kadang ketulusan disalahartikan..
cm ingin doa bercerita pada Tuhan n sharing pd sahabat2 terpercaya...
meski jatuh bangun...
tapi berdoa dan berjuang...
kadang titik terang itu malah dijumpai saat ingin menyerah...
saat tidak ingin berusaha lagi...
saat melepaskan genggaman Tuhan....
namun Dia tetap setia menguatkan...
Tuhan membimbing d stiap langkah...
scr langsung maupun mlalui org2 d skitar kita...
berharap smua yg terbaik buat org2 terdekat yg tertimpa problema..
:-).thx buat support n doa2nya...
GWS n GBU..
Di bwh ini aku copas dr majalahpearl1.blogspot.in/2014/12/letting-go-of-need-to-know-why.html?m=1
Letting Go of the Need to
Know why
by Grace Suryani Halim
Pertengahan Agustus
Dua garis di testpack. Positif. Yeah!!
J akan dapat adik sebentar lagi.
Senang? Jelas. Memang sudah
direncanakan. Ternyata begitu liat
kalender, wow, bayi ini akan lahir
tepat ketika umur J 2,5 tahun. Pas
lah. Dan dia akan lahir setelah masa
ujian Uni berakhir, itu artinya, Daddy
akan ada waktu liburan 3 bulan!
Yipiee. God’s timing is always the
best! Isn’t it?
Akhir Agustus
Dua bercak darah. Something is
wrong! Check ke UGD. Urine test,
negative. Berdebat dengan suster,
yakin bahwa positif hamil. Tes
darah, positif, tapi level Hcg terlalu
rendah. Diberi obat penguat
kandungan, bedrest. Dua minggu
yang penuh dengan harap-harap
cemas dan ditutup dengan kunjungan
ke UGD lagi.
“Sorry, Ma’am. You’ve lost the
baby.”
Ada banyak peristiwa di dalam hidup
kita yang seakan membuat dunia
terasa gelap.
“Rasanya aku bukan yang terbaik
untukmu deh. Kita putus saja ya.”
“Maaf, perusahaan kami tidak
membutuhkan karyawan baru.”
“Bab 2 mu ga jelas nih isinya mau
ngomong apa. Revisi lagi dan kasih
ke saya 2 hari lagi. Yang saya mau
diperbaiki sudah dilingkari pake
bolpen merah.”
“Ris,daftar nama yang diterima
SMUN8 dah keluar. Ada nama gue
sama nama Anna, tapi gue kok ga
nemu nama loe ya??”
“Dit, pulang. Papa masuk UGD.
Stroke..”
“Hasil pemeriksaan menunjukkan
ada gumpalan. Kita belum tau itu
berbahaya atau tidak. Sebaiknya
anda cepat menjalani biopsy.”
Semua itu memunculkan banyak
pertanyaan. “Hah? Kok bisa sih??”,
“Kalau pada akhirnya harus putus
kenapa Tuhan izinkan kita
ketemu??”, “Kenapa yang lain
diterima dan hanya aku yang tidak?”,
Kenapa saya? Kenapa teman yang
bahkan nilainya jauh lebih jelek bisa
masuk dan gue kagak??”, “Kenapa
harus papa saya yang kena?”,
“Kenapa harus perusahaan saya
yang bangkrut?”, “Kenapa Bu Dosen
kayaknya sentimen banget sama
gue?”
Kenapa dan kenapa.
Dan ketika pertanyaan itu tidak
terjawab, ketika semuanya terasa
tidak masuk akal, ketika orang
bertanya kepada kita, “Kok bisa
keguguran sih??”, sedangkan itu juga
pertanyaan kita... Hati terasa pahit
dan yah kita hanya bisa mendesah,
“Kenapa Tuhan... Kenapa??? Apa
yang salah??”
Seolah-olah PASTI ada yang salah.
Seolah-olah HARUS ada yang salah.
Ada banyak tokoh Alkitab yang sama
dengan kita, punya segudang
pertanyaan mengapa. Salah satunya
adalah Yusuf. Mungkin ia bertanya,
“Mengapa ibuku harus meninggal?
Mengapa bukan ibu lain yang
meninggal?”, “Mengapa saudara-
saudaraku iri padaku? Memangnya
gue bisa milih lahir dari ibu yang
mana??”, “Mengapa saya harus
dijual?”, “Kenapa udah enak-enak di
Mesir, sekalipun jadi budak tapi
punya posisi sekarang malah jadi
tahanan?”, “Kalau memang harus
dipenjara kenapa dulu aku dibawa ke
Mesir?”, “Kenapa tak ada yang ingat
pada kebaikan yang kulakukan?”
Kita semua tentu tau akhir dari cerita
Yusuf. Dari orang tahanan dia
menjadi orang kedua di Mesir dalam
hitungan jam. Dari penjara, ia
diangkat. Tapi ketika Yusuf
menjalaninya, ia juga tidak tau. Lalu
bagaimana Yusuf melalui hari-hari
dengan segudang pertanyaan?What
did Josef do? What should we do?
1. Sadar akan penyertaan Tuhan.
Tetapi TUHAN menyertai Yusuf,
sehingga ia menjadi seorang yang
selalu berhasil dalam pekerjaannya;
maka tinggallah ia di rumah tuannya,
orang Mesir itu. Tetapi TUHAN
menyertai Yusuf, sehingga ia
menjadi seorang yang selalu
berhasil dalam pekerjaannya; maka
tinggallah ia
di rumah tuannya, orang Mesir itu.
(kejadian 39: 2)
Tetapi TUHAN menyertai Yusuf, dan
melimpahkan kasih setia-Nya
kepadanya, dan membuat Yusuf
kesayangan bagi kepala penjara itu.
(Kejadian 30 :21)
Ketika Yusuf ada di perubahan
‘nasib’, dari orang bebas menjadi
budak, dan dari budak menjadi
narapidana, Alkitab mencatat sebuah
frasa yang diulang. Tetapi Tuhan
menyertai Yusuf.
Yah, dunia terasa gelap. Yah ada
segudang pertanyaan WHY yang
tidak terjawab. Tetapi TUHAN
menyertai Yusuf/Grace/Tono/ Budi/
ANDA. Yah mungkin saat ini Tuhan
belum menjawab pertanyaan
KENAPA dari kita, yah mungkin juga
Tuhan kayaknya diam saja, tapi itu
sama sekali tidak berarti bahwa
meninggalkan kita. Sebuah kalimat
sederhana tapi dengan makna yang
dalam.
Tetapi Tuhan menyertai kita.
2. Life must go on
Kadang hal terberat yang harus
dilakukan setelah dunia terasa
runtuh, adalah menjalani hidup yang
seperti semula. Kegiatan berjalan
seperti biasa, tapi kita tau, jauh di
dalam hati kita, INI BUKAN KONDISI
BIASA! Bagaimana kita bisa berjalan
seperti biasa, bekerja seperti biasa,
belajar seperti biasa kalau orang
terkasih kita terbaring di UGD? Kita
cenderung ingin bermalas-malasan
dan meratapi nasib.
Apakah yang dikerjakan Yusuf? Ia
bekerja.
Setelah dilihat oleh tuannya, bahwa
Yusuf disertai TUHAN dan bahwa
TUHAN membuat berhasil segala
sesuatu yang dikerjakannya, (ay 3)
Dan kepala penjara tidak
mencampuri segala yang
dipercayakannya kepada Yusuf,
karena TUHAN menyertai dia dan
apa yang dikerjakannya dibuat
TUHAN berhasil. (ay 23)
Yusuf tetap bekerja. Tidak hanya
bekerja seperti biasa, tapi bekerja
dengan LUAR BIASA. Kedua
‘majikannya’, Potifar dan kepala
penjara, tidak mencampuri pekerjaan
Yusuf sama sekali karena mereka
percaya kepada Yusuf dan karena
mereka MELIHAT bahwa Yusuf
disertai Tuhan dan TUHANLAH yang
membuat apa yang dikerjakan Yusuf
berhasil.
Satu hal yang kadang tidak
terpikirkan oleh kita, yaitu bahwa
Tuhan kadang mengizinkan kita
mengalami cobaan, bukan hanya
untuk kepentingan kita tapi untuk
KERAJAAN-NYA. Supaya orang
MELIHAT tangan Tuhan. Supaya
orang lain MELIHAT penyertaan dan
kuasa Tuhan. Salah satu cara orang
bisa melihat karya Tuhan adalah dari
apa yang kita lakukan, sikap apa
yang kita pilih ketika dunia terasa
gelap. Apakah kita mengomel tiada
henti, galau setiap hari, atau kita
terus menjalani hidup sekalipun
gelap dan pekat.
3. I'm only part of GOD's bigger plan
Seringkali yang membuat kita
merasa bahwa Tuhan HARUS
menjawab semua pertanyaan kita
dan kita marah ketika Tuhan punya
rencana yang berbeda, adalah
karena kita merasa bahwa KITALAH
focus dari rencana Tuhan. I’m the
center of God’s plan. Rencana Tuhan
PASTI untuk kita dan HANYA untuk
kita, Yusuf tidak. Ketika saudara-
saudara Yusuf ketakutan bahwa
Yusuf akan membalas dendam
kepada mereka, inilah jawaban
Yusuf.
Memang kamu telah mereka-
rekakan yang jahat terhadap aku,
tetapi Allah telah mereka-
rekakannya untuk kebaikan, dengan
maksud melakukan seperti yang
terjadi sekarang ini, yakni
memelihara hidup suatu bangsa
yang besar.
Kejadian 50 :20
Yusuf tidak berkata, Allah telah
mereka-rekakannya untuk
kebaikanku! Allah telah mereka-
rekannya untuk kepentinganku,
untuk anak-anakku, untuk diriku.
Tidak. Yusuf melihat bahwa dirinya
adalah bagian dari rencana Allah
untuk... memelihara HIDUP SUATU
BANGSA YANG BESAR.
Ketika kita menyadari bahwa
rencana Tuhan itu tidak hanya untuk
kita, tapi juga untuk orang-orang di
sekitar kita, bahkan untuk orang-
orang yang kita tidak kenal atau
bahkan untuk generasi sesudah kita,
kita menjadi sadar, apa yang kita
alami tidak
enak, tapi mungkin itu bisa
membawa kebaikkan bagi orang
banyak.
Kadang hal-hal yang tidak
mengenakkan terjadi bukan karena
salah siapa-siapa. Bukan salah
saya, bukan salah orang lain. Hal itu
terjadi karena Tuhan mau membawa
rencana-Nya terjadi.
I’m only a part of God’s bigger plan .
Sampai detik ini, saya juga masih
tidak tau mengapa Tuhan membawa
pulang bayi saya. Ketika orang
bertanya, “Kok bisa?”, saya juga
tidak bisa menjawab. Karena itu juga
pertanyaan saya.
Tuhan tidak memberi saya pilihan.
Ia tidak bertanya, “Boleh tidak
Kuambil bayimu?”, dan well yeah...
Ia juga memang tidak harus
bertanya. Tapi setelah itu terjadi,
Tuhan memberi saya pilihan. Mau
terus bertanya, “Kenapaaa?”,
mengurung diri, depresi, galau
meratapi, atau percaya sekalipun
saya tidak tau kenapa dan mungkin
baru akan tau setelah bertemu Dia
muka dengan muka. Dan saya
memilih yang kedua: stop bertanya
“Kenapa?”. Dan mulai bertanya, “Apa
rencana-Mu Tuhan? Apa yang harus
kulakukan?”
Sebagai penutup, saya mau berbagi
lirik dari lagu Better than I, lagu yang
menjadi soundtrack dari film Joseph
The King of Dream.
I thought I did what’s right
I thought I had the answers
I thought I chose the surest road But
that road brought me here
So I put up a fight
And told you how to help me Now
just when I have given up The truth
is coming clear
You know better than I
You know the way
I’ve let go the need to know why For
you know better than I
If this has been a test
I cannot see the reason
But maybe knowing I don’t know Is
part of getting through
I try to do what’s best And faith has
made it easy To see the best thing I
can do Is put my trust in you
page40image20832
For You know better than I You know
the way
I’ve let go the need to know why For
you know better than I
I saw one cloud and thought it was a
sky I saw a bird and thought that I
could follow
But it was you who taught that bird to
fly
If I let you reach me will you teach
me
For You know better than I You know
the way
I’ve let go the need to know why I’ll
take what answers you supply You
know better than I (lyrics By David
Campbell)
Aku sempat sedih karena anggota keluargaku ada yg sakit paru-paru. Kronis..aku sempat nggak nafsu makan,baca maupun nulis..nulis buat majalah aja ketika itu beberapa udah kuselesaikan di luar kota pas liburan..
kurang kirim 1 artikel aja bisa sampai 6 hari..biasanya 1 hari..rasanya tu males nulis tapi nggak mungkin krn tanggung jawab sbg redaksi hrs diselesaikan..
Puji Tuhan akhirnya selesai sebab deadline diundur,tmen-tmen redaksi juga pada sibuk n blum sempat kirim..baru aku dan 1 tmenku yg udah post beberapa artikel..
Bersyukur Tuhan menguatkanku dan keluargaku..sahabat2 juga menyemangati n mendoakan..thank you for praying for us.,keadaannya sudah mulai membaik,tidak d ICU tp rawat jalan..
Nih aku post dr note fb ku hati..
Terkadang hati terasa berat...
sulit menjelaskan...seringkali lelah..
malas bercerita pada orang2...
diberitahu jg tidak paham...
jadi tidak ada inspirasi buat ngejar deadline tulisan..
kadang ketulusan disalahartikan..
cm ingin doa bercerita pada Tuhan n sharing pd sahabat2 terpercaya...
meski jatuh bangun...
tapi berdoa dan berjuang...
kadang titik terang itu malah dijumpai saat ingin menyerah...
saat tidak ingin berusaha lagi...
saat melepaskan genggaman Tuhan....
namun Dia tetap setia menguatkan...
Tuhan membimbing d stiap langkah...
scr langsung maupun mlalui org2 d skitar kita...
berharap smua yg terbaik buat org2 terdekat yg tertimpa problema..
:-).thx buat support n doa2nya...
GWS n GBU..
Di bwh ini aku copas dr majalahpearl1.blogspot.in/2014/12/letting-go-of-need-to-know-why.html?m=1
Letting Go of the Need to
Know why
by Grace Suryani Halim
Pertengahan Agustus
Dua garis di testpack. Positif. Yeah!!
J akan dapat adik sebentar lagi.
Senang? Jelas. Memang sudah
direncanakan. Ternyata begitu liat
kalender, wow, bayi ini akan lahir
tepat ketika umur J 2,5 tahun. Pas
lah. Dan dia akan lahir setelah masa
ujian Uni berakhir, itu artinya, Daddy
akan ada waktu liburan 3 bulan!
Yipiee. God’s timing is always the
best! Isn’t it?
Akhir Agustus
Dua bercak darah. Something is
wrong! Check ke UGD. Urine test,
negative. Berdebat dengan suster,
yakin bahwa positif hamil. Tes
darah, positif, tapi level Hcg terlalu
rendah. Diberi obat penguat
kandungan, bedrest. Dua minggu
yang penuh dengan harap-harap
cemas dan ditutup dengan kunjungan
ke UGD lagi.
“Sorry, Ma’am. You’ve lost the
baby.”
Ada banyak peristiwa di dalam hidup
kita yang seakan membuat dunia
terasa gelap.
“Rasanya aku bukan yang terbaik
untukmu deh. Kita putus saja ya.”
“Maaf, perusahaan kami tidak
membutuhkan karyawan baru.”
“Bab 2 mu ga jelas nih isinya mau
ngomong apa. Revisi lagi dan kasih
ke saya 2 hari lagi. Yang saya mau
diperbaiki sudah dilingkari pake
bolpen merah.”
“Ris,daftar nama yang diterima
SMUN8 dah keluar. Ada nama gue
sama nama Anna, tapi gue kok ga
nemu nama loe ya??”
“Dit, pulang. Papa masuk UGD.
Stroke..”
“Hasil pemeriksaan menunjukkan
ada gumpalan. Kita belum tau itu
berbahaya atau tidak. Sebaiknya
anda cepat menjalani biopsy.”
Semua itu memunculkan banyak
pertanyaan. “Hah? Kok bisa sih??”,
“Kalau pada akhirnya harus putus
kenapa Tuhan izinkan kita
ketemu??”, “Kenapa yang lain
diterima dan hanya aku yang tidak?”,
Kenapa saya? Kenapa teman yang
bahkan nilainya jauh lebih jelek bisa
masuk dan gue kagak??”, “Kenapa
harus papa saya yang kena?”,
“Kenapa harus perusahaan saya
yang bangkrut?”, “Kenapa Bu Dosen
kayaknya sentimen banget sama
gue?”
Kenapa dan kenapa.
Dan ketika pertanyaan itu tidak
terjawab, ketika semuanya terasa
tidak masuk akal, ketika orang
bertanya kepada kita, “Kok bisa
keguguran sih??”, sedangkan itu juga
pertanyaan kita... Hati terasa pahit
dan yah kita hanya bisa mendesah,
“Kenapa Tuhan... Kenapa??? Apa
yang salah??”
Seolah-olah PASTI ada yang salah.
Seolah-olah HARUS ada yang salah.
Ada banyak tokoh Alkitab yang sama
dengan kita, punya segudang
pertanyaan mengapa. Salah satunya
adalah Yusuf. Mungkin ia bertanya,
“Mengapa ibuku harus meninggal?
Mengapa bukan ibu lain yang
meninggal?”, “Mengapa saudara-
saudaraku iri padaku? Memangnya
gue bisa milih lahir dari ibu yang
mana??”, “Mengapa saya harus
dijual?”, “Kenapa udah enak-enak di
Mesir, sekalipun jadi budak tapi
punya posisi sekarang malah jadi
tahanan?”, “Kalau memang harus
dipenjara kenapa dulu aku dibawa ke
Mesir?”, “Kenapa tak ada yang ingat
pada kebaikan yang kulakukan?”
Kita semua tentu tau akhir dari cerita
Yusuf. Dari orang tahanan dia
menjadi orang kedua di Mesir dalam
hitungan jam. Dari penjara, ia
diangkat. Tapi ketika Yusuf
menjalaninya, ia juga tidak tau. Lalu
bagaimana Yusuf melalui hari-hari
dengan segudang pertanyaan?What
did Josef do? What should we do?
1. Sadar akan penyertaan Tuhan.
Tetapi TUHAN menyertai Yusuf,
sehingga ia menjadi seorang yang
selalu berhasil dalam pekerjaannya;
maka tinggallah ia di rumah tuannya,
orang Mesir itu. Tetapi TUHAN
menyertai Yusuf, sehingga ia
menjadi seorang yang selalu
berhasil dalam pekerjaannya; maka
tinggallah ia
di rumah tuannya, orang Mesir itu.
(kejadian 39: 2)
Tetapi TUHAN menyertai Yusuf, dan
melimpahkan kasih setia-Nya
kepadanya, dan membuat Yusuf
kesayangan bagi kepala penjara itu.
(Kejadian 30 :21)
Ketika Yusuf ada di perubahan
‘nasib’, dari orang bebas menjadi
budak, dan dari budak menjadi
narapidana, Alkitab mencatat sebuah
frasa yang diulang. Tetapi Tuhan
menyertai Yusuf.
Yah, dunia terasa gelap. Yah ada
segudang pertanyaan WHY yang
tidak terjawab. Tetapi TUHAN
menyertai Yusuf/Grace/Tono/ Budi/
ANDA. Yah mungkin saat ini Tuhan
belum menjawab pertanyaan
KENAPA dari kita, yah mungkin juga
Tuhan kayaknya diam saja, tapi itu
sama sekali tidak berarti bahwa
meninggalkan kita. Sebuah kalimat
sederhana tapi dengan makna yang
dalam.
Tetapi Tuhan menyertai kita.
2. Life must go on
Kadang hal terberat yang harus
dilakukan setelah dunia terasa
runtuh, adalah menjalani hidup yang
seperti semula. Kegiatan berjalan
seperti biasa, tapi kita tau, jauh di
dalam hati kita, INI BUKAN KONDISI
BIASA! Bagaimana kita bisa berjalan
seperti biasa, bekerja seperti biasa,
belajar seperti biasa kalau orang
terkasih kita terbaring di UGD? Kita
cenderung ingin bermalas-malasan
dan meratapi nasib.
Apakah yang dikerjakan Yusuf? Ia
bekerja.
Setelah dilihat oleh tuannya, bahwa
Yusuf disertai TUHAN dan bahwa
TUHAN membuat berhasil segala
sesuatu yang dikerjakannya, (ay 3)
Dan kepala penjara tidak
mencampuri segala yang
dipercayakannya kepada Yusuf,
karena TUHAN menyertai dia dan
apa yang dikerjakannya dibuat
TUHAN berhasil. (ay 23)
Yusuf tetap bekerja. Tidak hanya
bekerja seperti biasa, tapi bekerja
dengan LUAR BIASA. Kedua
‘majikannya’, Potifar dan kepala
penjara, tidak mencampuri pekerjaan
Yusuf sama sekali karena mereka
percaya kepada Yusuf dan karena
mereka MELIHAT bahwa Yusuf
disertai Tuhan dan TUHANLAH yang
membuat apa yang dikerjakan Yusuf
berhasil.
Satu hal yang kadang tidak
terpikirkan oleh kita, yaitu bahwa
Tuhan kadang mengizinkan kita
mengalami cobaan, bukan hanya
untuk kepentingan kita tapi untuk
KERAJAAN-NYA. Supaya orang
MELIHAT tangan Tuhan. Supaya
orang lain MELIHAT penyertaan dan
kuasa Tuhan. Salah satu cara orang
bisa melihat karya Tuhan adalah dari
apa yang kita lakukan, sikap apa
yang kita pilih ketika dunia terasa
gelap. Apakah kita mengomel tiada
henti, galau setiap hari, atau kita
terus menjalani hidup sekalipun
gelap dan pekat.
3. I'm only part of GOD's bigger plan
Seringkali yang membuat kita
merasa bahwa Tuhan HARUS
menjawab semua pertanyaan kita
dan kita marah ketika Tuhan punya
rencana yang berbeda, adalah
karena kita merasa bahwa KITALAH
focus dari rencana Tuhan. I’m the
center of God’s plan. Rencana Tuhan
PASTI untuk kita dan HANYA untuk
kita, Yusuf tidak. Ketika saudara-
saudara Yusuf ketakutan bahwa
Yusuf akan membalas dendam
kepada mereka, inilah jawaban
Yusuf.
Memang kamu telah mereka-
rekakan yang jahat terhadap aku,
tetapi Allah telah mereka-
rekakannya untuk kebaikan, dengan
maksud melakukan seperti yang
terjadi sekarang ini, yakni
memelihara hidup suatu bangsa
yang besar.
Kejadian 50 :20
Yusuf tidak berkata, Allah telah
mereka-rekakannya untuk
kebaikanku! Allah telah mereka-
rekannya untuk kepentinganku,
untuk anak-anakku, untuk diriku.
Tidak. Yusuf melihat bahwa dirinya
adalah bagian dari rencana Allah
untuk... memelihara HIDUP SUATU
BANGSA YANG BESAR.
Ketika kita menyadari bahwa
rencana Tuhan itu tidak hanya untuk
kita, tapi juga untuk orang-orang di
sekitar kita, bahkan untuk orang-
orang yang kita tidak kenal atau
bahkan untuk generasi sesudah kita,
kita menjadi sadar, apa yang kita
alami tidak
enak, tapi mungkin itu bisa
membawa kebaikkan bagi orang
banyak.
Kadang hal-hal yang tidak
mengenakkan terjadi bukan karena
salah siapa-siapa. Bukan salah
saya, bukan salah orang lain. Hal itu
terjadi karena Tuhan mau membawa
rencana-Nya terjadi.
I’m only a part of God’s bigger plan .
Sampai detik ini, saya juga masih
tidak tau mengapa Tuhan membawa
pulang bayi saya. Ketika orang
bertanya, “Kok bisa?”, saya juga
tidak bisa menjawab. Karena itu juga
pertanyaan saya.
Tuhan tidak memberi saya pilihan.
Ia tidak bertanya, “Boleh tidak
Kuambil bayimu?”, dan well yeah...
Ia juga memang tidak harus
bertanya. Tapi setelah itu terjadi,
Tuhan memberi saya pilihan. Mau
terus bertanya, “Kenapaaa?”,
mengurung diri, depresi, galau
meratapi, atau percaya sekalipun
saya tidak tau kenapa dan mungkin
baru akan tau setelah bertemu Dia
muka dengan muka. Dan saya
memilih yang kedua: stop bertanya
“Kenapa?”. Dan mulai bertanya, “Apa
rencana-Mu Tuhan? Apa yang harus
kulakukan?”
Sebagai penutup, saya mau berbagi
lirik dari lagu Better than I, lagu yang
menjadi soundtrack dari film Joseph
The King of Dream.
I thought I did what’s right
I thought I had the answers
I thought I chose the surest road But
that road brought me here
So I put up a fight
And told you how to help me Now
just when I have given up The truth
is coming clear
You know better than I
You know the way
I’ve let go the need to know why For
you know better than I
If this has been a test
I cannot see the reason
But maybe knowing I don’t know Is
part of getting through
I try to do what’s best And faith has
made it easy To see the best thing I
can do Is put my trust in you
page40image20832
For You know better than I You know
the way
I’ve let go the need to know why For
you know better than I
I saw one cloud and thought it was a
sky I saw a bird and thought that I
could follow
But it was you who taught that bird to
fly
If I let you reach me will you teach
me
For You know better than I You know
the way
I’ve let go the need to know why I’ll
take what answers you supply You
know better than I (lyrics By David
Campbell)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar