Pages

Translate

Sabtu, 03 Desember 2016

Mencari Teman Hidup (Dr Julianto Simanjuntak)

Mencari Teman Hidup
~ Dr. Julianto Simanjuntak
Menemukan teman hidup adalah sebuah seni tinggi. Ini merupakan perpaduan antara usaha manusia dan anugerah Allah. Tuhan menyediakan, manusia mengupayakan (Julianto Simanjuntak )
Teman hidup adalah pemberian istimewa. Pasanganmu ikut menentukan visi hidup, karir, kepribadian, hingga kesehatan mental kita.
Teman hidup tentu harus disesuaikan dengan selera dan disesuaikan dengan visi hidup, visi keluarga dan kepribadian. Pasangan yang cocok tidak datang begitu saja. Kita harus mencari dan menemukannya. Mencari yang sepadan. Makin sepadan makin bagus. Sebab dengan banyak cocok sedikit cekcoknya.
Cinta menjadi faktor manusiawi yang melekatkan kita dengan pasangan. Membuat kita suka, menerima pasangan apa adanya, dan cakap mengampuni. Kita usahakan sepadan dalam hal usia, fisik, kepercayaan, pendidikan, sosial-ekonomi, dan sebagainya. Sebab jika terlalu senjang, menghabiskan energi untuk konflik.
Jadi selama pacaran usahakan ada waktu buat saling mengenal. Usahakan pacaran minimal dua tahun dan intens berkenalan.
Kalian boleh berbeda, asal jangan mencolok dan pastikan bahwa masing-masing sanggup memikul perbedaan itu seumur hidup. Ingat, seumur hidup. Ingat juga, yang namanya nilai, keyakinan, atau sifat biasanya sulit diubah dalam waktu singkat. Trauma dan budaya yang ekstrem dari keluarga calon pasangan, haruslah dikenali baik-baik, sebab itu lebih banyak tidak disadari. Atau sadar, tapi menyembunyikannya dari pasangan. Konseling sebelum menikah membantu sebagai sarana pemulihan dari trauma masa lalu.
Sekali lagi, teman hidup harus disesuaikan dengan pribadi kita. Kitalah yang harus mencari dan menemukannya. Caranya aktif dan kreatif berteman. Dari antara teman-teman itulah kita memutuskan siapa yang menjadi pacar kita. Kalau sudah bekerja, luangkan waktu mengajak teman Anda ke gereja, jalan dan makan bersama, atau kegiatan lainnya.
Jangan terlalu sibuk dengan karir atau pelayanan. Jangan menyembunyikan diri dengan kesibukan Anda. Apalagi pura-pura tidak butuh. Kalau perlu gunakan mak comblang (perantara). Terutama jika usia Anda sudah cukup banyak.
Sebagian klien kami ada yang enggan cari pacar dan menikah karena punya trauma. Misalnya melihat pernikahan orang tuanya penuh konflik atau bercerai. Punya kemarahan terhadap ayah yang menyiksa ibunya. Dia kemudian takut, dalam trauma yang tak kunjung sembuh ia lalu berpikir, "Apa saya harus menikah, jika ternyata pernikahan membuat saya menderita?"
Kita memang tidak bisa mengubah masa lalu, mengubah pernikahan ayah-ibu yang kacau dan rusak. Tetapi kita bisa membuat pohon yang baru. Dengan anugerah Tuhan, tidak ada yang mustahil untuk usaha ini, melahirkan generasi baru anak-anak tebusan. Di samping cinta, tentu kita harus mencari pimpinan Tuhan. agar orang yang kita nikahi kelak ada dalam restu dan campur tangan Tuhan. Tidak melanggar kehendak-Nya dan sesuai dengan firman-Nya.
Selain berdoa, kita perlu minta pendapat (restu) orang tua, masukan dari sahabat atau penasehat rohani Anda. Sangat baik menemui penasehat perkawinan, mengikuti konseling pranikah, setidaknya 6 bulan.
Anda sangat beruntung jika bisa ikut psikotes bareng calon Anda. Setidaknya perlu mengenali pribadi dan kesehatan mental pasangan. Premarital test sangat saya rekomendasikan, termasuk periksa kesehatan fisik. Itu sangat penting.
Nah, jika saudara sudah kenal dia dengan baik dan mendapat banyak informasi tentang calon Anda, kini saatnya mempertimbangkan dengan matang. Apakah ada damai sejahtera. Apakah yakib merasa nyaman tinggal bersama dia seumur hidup. Apakah ada keraguan dalam diri kalian. Doakan. Diskusikan. Apakah ada hambatan yang berarti dan berbahaya jika di paksakan? Semua ini patut jadi bahan pertimbangan.
Akhirnya,
Menemukan teman hidup adalah sebuah seni tinggi. Ini merupakan perpaduan antara usaha manusia dan anugerah Allah. Tuhan menyediakan kita mengusahakan
Julianto Simanjuntak
Roswitha Ndraha


Tidak ada komentar:

Posting Komentar